Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Produksi kopi muria di kawasan Desa Colo dan Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus pada tahun ini mengalami penurunan hingga 60 persen. Sementara harga jual naik signifikan.

Pengepul kopi di wilayah Muria Teguh Budi Wiyono mengatakan, penurunan produksi kopi ini disebabkan oleh musim kemarau panjang. Sehingga menyebabkan bunga kopi gugur pada fase pertama dan tidak menghasilkan buah.

”Yang jadi hanya bunga kedua dan ketiga. Biasanya bisa panen mencapai 400 ton di Desa Colo dan Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus," ungkap Teguh kepada Murianews.com, Kamis (5/9/2024).

Meski terjadi penurunan produksi, harga kopi justru mengalami kenaikan signifikan. Kopi basah petik asal (campuran biji hijau dan merah) saat ini dihargai Rp 17.500 per kilogram, sementara kopi basah petik merah mencapai Rp 18.000 per kilogram.

Kemudian untuk kopi kering, harga petik asal berada di angka Rp 70.000 per kilogram, sedangkan kopi kering petik merah mencapai Rp 85.000 per kilogram.

Kenaikan harga ini, menurut Teguh, dipengaruhi oleh penurunan produksi.

”Harga kopi naik tapi kualitasnya agak turun. Karena harga sedang tinggi, petani cenderung langsung memetik semua biji tanpa memilah-milah lagi,” katanya.

Namun, kenaikan harga ini juga berdampak pada penurunan daya beli konsumen. Sebelumnya, pembeli bisa mengambil hingga satu ton kopi, tetapi kini hanya tiga hingga empat kuintal yang terjual.

Di sisi lain, petani kopi Muria, Sururi menyambut baik kenaikan harga kopi meski produksinya menurun. Ia memilih menjual hasil panennya dalam kondisi basah kepada pengepul di terminal Desa Colo.

”Langsung saya jual basah ke pengepul atau ke terminal di Desa Colo. Saat ini ya senang karena naik bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” jelasnya.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler