Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus melaporkan bahwa pada September 2024, Kabupaten Kudus mengalami inflasi sebesar 0,03 persen.

Kepala BPS Kudus, Eko Suharto mengatakan, kelompok pengeluaran pendidikan memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi dengan nilai 1,27 persen, yang berkontribusi 0,08 persen terhadap total inflasi.

”Kelompok pengeluaran pendidikan menjadi faktor terbesar yang mendorong inflasi pada September,” ujar Eko, Rabu (2/10/2024).

Selain itu, sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga mencatat inflasi sebesar 0,66 persen, memberikan andil sebesar 0,07 persen terhadap inflasi keseluruhan.

Sektor kesehatan juga berkontribusi dengan angka inflasi 0,27 persen, menyumbang 0,01 persen terhadap total inflasi. Di sektor pakaian dan alas kaki, inflasi tercatat 0,23 persen, meskipun andilnya sangat kecil, hampir mendekati nol persen.

”Sektor rekreasi juga mengalami inflasi sebesar 0,21 persen, meski kontribusinya hampir mendekati nol,” tambah Eko.

Lima komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi di Kudus pada September 2024 termasuk bahan bakar rumah tangga dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen, disusul oleh bidang pendidikan perguruan tinggi dan kopi bubuk yang masing-masing menyumbang 0,03 persen. Beras dan biaya pendidikan sekolah dasar masing-masing menyumbang 0,02 persen dan 0,01 persen.

Namun, terdapat pula beberapa komoditas yang berkontribusi terhadap deflasi. Cabai rawit dan cabai merah memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen, sementara bensin menyumbang deflasi 0,04 persen. Selain itu, telur ayam dan daging ayam ras masing-masing memberikan deflasi sebesar 0,02 persen.

”Secara keseluruhan, jika ditinjau dari tahun ke tahun, Kudus mencatat inflasi sebesar 1,61 persen, dengan sektor pendidikan menjadi penyumbang terbesar inflasi tahunan, yaitu 5,48 persen,” jelas Eko.

Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kudus tercatat sebesar 105,93 pada September 2024. Jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Tengah, Kudus dinilai masih memiliki angka inflasi yang stabil. Inflasi tertinggi di Jawa Tengah terjadi di Kota Tegal, yang mencapai 0,13 persen, diikuti oleh Kabupaten Wonogiri dengan inflasi 0,12 persen.

Sementara itu, Kota Semarang mencatat inflasi paling rendah, hanya sebesar 0,01 persen. Kudus sendiri mencatat angka yang sama dengan Purwokerto dan Wonosobo, yaitu 0,03 persen.

”Dengan stabilnya angka inflasi ini, Kudus masih menunjukkan performa yang baik dalam mengelola inflasi,” tutup Eko.

Editor: Cholis Anwar

Komentar