Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi mengutarakan, memang ada keluhan dari warga terkait hal itu. Menurutnya itu merupakan suatu hal yang wajar saja.
”Keluhan warga sudah bisa hal yang wajar, ada yang mendapat dan ada yang tidak,” ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (2/1/2025).
Dengan demikian, terdapat sebagian petani yang tidak mendapatkan bantuannya. Meskipun petani itu sawahnya terdampak genangan air.
”Tidak penuh (tidak semua petani, red). Luasan yang ada di surat (SK) juga tidak sama dengan luasan asli yang tergenang. Dari 300 hektare yang tergenang hanya 200 hektare yang menerima bantuan puso,” terangnya.
Hal itu membuat kasak-kusuk di tengah masyarakat terutama petani. Setiyo mencoba untuk memberikan solusi atas persoalan itu.
Murianews, Kudus – Bantuan puso untuk petani di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah sedang hangat dibicarakan. Sebab, petani menduga adanya penyelewengan bantuan.
Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi mengutarakan, memang ada keluhan dari warga terkait hal itu. Menurutnya itu merupakan suatu hal yang wajar saja.
”Keluhan warga sudah bisa hal yang wajar, ada yang mendapat dan ada yang tidak,” ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (2/1/2025).
Ia menyatakan, bantuan puso ini memang tidak penuh. Memang sudah seperti biasanya pemerintah memberikan bantuan itu tidak penuh.
Dengan demikian, terdapat sebagian petani yang tidak mendapatkan bantuannya. Meskipun petani itu sawahnya terdampak genangan air.
”Tidak penuh (tidak semua petani, red). Luasan yang ada di surat (SK) juga tidak sama dengan luasan asli yang tergenang. Dari 300 hektare yang tergenang hanya 200 hektare yang menerima bantuan puso,” terangnya.
Hal itu membuat kasak-kusuk di tengah masyarakat terutama petani. Setiyo mencoba untuk memberikan solusi atas persoalan itu.
Cari Solusi...
Pihaknya akan mengundang kelompok tani dan seluruh petani di desa. Mereka akan diajak membicarakan solusi yang terbaik secepatnya.
”Saya inginnya yang mendapatkan bantuan ikut memberikan toleransi kepada yang tidak dapat bantuan. Sehingga bisa sama-sama merasakan. Begitu juga yang tidak mendapat harus bisa sadar,” ujarnya.
Ia menyatakan, area pertanian di Desa Wonosoco memang menjadi langganan gagal panen karena banjir bandang. Seusai banjir bandang biasanya akan ada air yang masih tersisa menggenang.
Pihaknya menyebut telah melakukan tindakan untuk meminimalisir hal itu terjadi. Seperti melakukan pengerukan sungai desa.
”Kemarin kita mengajukan ke BPBD Kudus untuk melakukan pengerukan sungai, saat ini jadi lebih mendingan, biasanya genangan itu terjadi dalam lima hari kini cuma dua hari,” tutupnya.
Editor: Supriyadi