Inisiasi itu dilakukan di Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang resmi dimulai sejak Juli 2025 dan berlangsung hingga empat bulan ke depan.
Program itu bertujuan untuk menghidupkan kembali Padurenan sebagai sentra bordir unggulan, tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dalam perspektif budaya.
”Kami melihat bahwa bordir bukan sekadar keterampilan ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan dan dikenalkan kembali, terutama kepada generasi muda,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Melalui Desa Cerdas Bordir, tim mahasiswa akan menggelar berbagai pelatihan dan pendampingan yang mengombinasikan keterampilan membordir dengan inovasi berbasis teknologi.
Salah satu langkah nyata yang diusung adalah pembangunan Pojok Bordir di titik-titik strategis desa.
Setiap pojok akan menjadi pusat pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pemuda desa, mulai dari pelatihan desain, digitalisasi proses produksi, hingga strategi pemasaran berbasis teknologi.
Murianews, Kudus – Mahasiswa Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Muria Kudus (PPK Ormawa Himatika UMK) menginisiasi Desa Cerdas Bordir.
Inisiasi itu dilakukan di Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang resmi dimulai sejak Juli 2025 dan berlangsung hingga empat bulan ke depan.
Program itu bertujuan untuk menghidupkan kembali Padurenan sebagai sentra bordir unggulan, tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dalam perspektif budaya.
Ketua Tim PPK Ormawa Himatika UMK, Qorri Aina Putri menyampaikan, bordir Padurenan merupakan potensi lokal yang layak dikembangkan secara menyeluruh.
”Kami melihat bahwa bordir bukan sekadar keterampilan ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan dan dikenalkan kembali, terutama kepada generasi muda,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).
Melalui Desa Cerdas Bordir, tim mahasiswa akan menggelar berbagai pelatihan dan pendampingan yang mengombinasikan keterampilan membordir dengan inovasi berbasis teknologi.
Salah satu langkah nyata yang diusung adalah pembangunan Pojok Bordir di titik-titik strategis desa.
Setiap pojok akan menjadi pusat pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pemuda desa, mulai dari pelatihan desain, digitalisasi proses produksi, hingga strategi pemasaran berbasis teknologi.
Tempat Pelatihan...
”Pojok Bordir ini akan menjadi tempat pelatihan. Kami berharap ini menjadi ruang yang hidup bagi warga, terutama ibu-ibu dan remaja, untuk belajar dan berkarya bersama,” tambahnya.
Qorri menekankan, program ini dilakukan untuk meninggalkan jejak berkelanjutan. Harapannya, Desa Cerdas Bordir bisa menjadi inspirasi dan penggerak semangat anak muda dalam membangun desanya sendiri.
Sementara itu, Kepala Desa Padurenan, Thoni Hermawan mengatakan, minat generasi muda desa terhadap bordir menurun. Dengan adanya inisiasi oleh mahasiswa UMK dapat menjadi pembangkit semangat baru.
”Saat ini menurun karena kurangnya inovasi teknologi yang membuat pembuatan tidak efisien. Namun, dengan adanya program ini bisa membangkitkan lagi semangat produksi bordir di kalangan anak muda,” ungkapnya.
Editor: Zulkifli Fahmi