Dalam pemaparannya, AJ Susmana menjelaskan, novel ini berangkat dari kegelisahannya melihat kondisi bangsa Indonesia yang menurutnya masih berada dalam bayang-bayang kekuatan asing.
Ia ingin menghadirkan kembali spirit perlawanan bangsa Nusantara dengan menggali sejarah dan tokoh-tokoh masa lalu.
”Secara historis, pada abad ke-13 Nusantara memiliki kerajaan yang megah dan tangguh. Bahkan kekaisaran Mongol yang saat itu menguasai hampir separuh dunia tidak mampu menembus tanah Jawa. Dari situlah saya ingin menegaskan bahwa bangsa kita punya sejarah perlawanan dan kedaulatan yang tidak boleh hilang,” ujarnya Sabtu (23/8/2025).
Ia menilai saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi bentuk penjajahan baru melalui imperialisme modern. Karena itu, melalui novel Menghadang Kubilai Khan, ia berharap masyarakat dapat mengambil pelajaran sekaligus inspirasi agar tidak mudah tunduk pada dominasi asing.
”Buku ini adalah ajakan untuk memperkuat persatuan nasional. Tanpa persatuan, bangsa ini akan mudah dilemahkan,” tambahnya.
Sementara itu, pembedah buku Imam Khanafi menilai karya AJ Susmana memiliki nilai sastra sekaligus historis yang kuat.
Murianews, Kudus – Bedah Buku berjudul Menghadang Kubilai Khan karya AJ Susmana, digelar di Rumah Dinas Wakil Bupati Kudus, Sabtu (23/8/2025). Acara ini dihadiri langsung oleh sang penulis bersama pembedah buku, Imam Khanafi. sekaligus disaksikan Bunda Literasi Kudus, Endah Samani.
Dalam pemaparannya, AJ Susmana menjelaskan, novel ini berangkat dari kegelisahannya melihat kondisi bangsa Indonesia yang menurutnya masih berada dalam bayang-bayang kekuatan asing.
Ia ingin menghadirkan kembali spirit perlawanan bangsa Nusantara dengan menggali sejarah dan tokoh-tokoh masa lalu.
”Secara historis, pada abad ke-13 Nusantara memiliki kerajaan yang megah dan tangguh. Bahkan kekaisaran Mongol yang saat itu menguasai hampir separuh dunia tidak mampu menembus tanah Jawa. Dari situlah saya ingin menegaskan bahwa bangsa kita punya sejarah perlawanan dan kedaulatan yang tidak boleh hilang,” ujarnya Sabtu (23/8/2025).
Ia menilai saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi bentuk penjajahan baru melalui imperialisme modern. Karena itu, melalui novel Menghadang Kubilai Khan, ia berharap masyarakat dapat mengambil pelajaran sekaligus inspirasi agar tidak mudah tunduk pada dominasi asing.
”Buku ini adalah ajakan untuk memperkuat persatuan nasional. Tanpa persatuan, bangsa ini akan mudah dilemahkan,” tambahnya.
Sementara itu, pembedah buku Imam Khanafi menilai karya AJ Susmana memiliki nilai sastra sekaligus historis yang kuat.
Tak hanya peperangan...
Menurutnya, novel ini tidak hanya menyuguhkan kisah peperangan melawan pasukan Mongol, tetapi juga menghadirkan refleksi tentang persatuan sebagai kunci bertahan hidup bangsa.
”Cerita dirangkai dengan gaya bahasa penuh makna, menggabungkan unsur sastra, sejarah, dan pesan kebangsaan. Relevansinya masih kuat hingga saat ini, terutama dalam konteks geopolitik,” ujar Imam.
Ia menambahkan, buku ini juga menggambarkan pentingnya kearifan lokal dibanding sekadar bergantung pada pengetahuan asing.
Selain itu, pesan tentang pemimpin yang dekat dengan rakyat menjadi pengingat bahwa kekuatan bangsa terletak pada kebersamaan dan kesadaran sejarahnya.
Melalui forum bedah buku ini, para peserta diajak memahami kembali bahwa Nusantara sejak dahulu menjadi wilayah strategis dunia, sehingga penting untuk menjaga kedaulatan dan identitas bangsa di tengah tantangan global saat ini.
Editor: Anggara Jiwandhana