Awal Mula Puluhan Warga Grobogan Pilih Tinggal di Tengah Hutan

Murianews, Grobogan – Siapa yang memulai tinggal di tengah hutan kramat antara Kecamatan Tanggungharjo dan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun diyakini mereka sudah tinggal di sana dan beranak-pinak hingga diperkirakan sudah empat generasi bahkan lebih.

Kadus Rejosari, Desa Sugihmanik, Tanggungharjo, Soiman mengatakan, mereka yang pertama kali membuka lahan di tengah hutan itu bukan warga setempat, melainkan warga sekitaran Kecamatan Toroh dan Geyer. Mereka memilih di hutan yang kini dihuni karena lahan milik KAI (dulu PJKA) cukup luas.

”Orang jauh-jauh (yang memulai). Dari Gundih (Kecamatan Geyer), Toroh. Mungkin di sana kalau mendirikan rumah di dalam tidak boleh, makanya ke situ, wilayah Kedungjati. Mungkin karena tanah PJKA agak luas. Bangunannya itu kan di tanah PJKA,” kata pria 55 tahun itu kepada Murianews.com, Rabu (8/5/2024).

Dia menambahkan, saat dirinya kecil sudah ada lebih dari 10 rumah berada di tengah hutan kramat itu. Kebetulan, kata dia, dulu orangtuanya juga ikut menggarap lahan jagung milik Perhutani di sana.

”Saat saya kecil sudah ada. Ada lebih dari 10 rumahnya. Kebetulan dulu bapak saya juga punya (garapan jagung) di sebelah sana dan saya pernah diajak ke sana,” imbuh Soiman.

Hanya saja, sepengetahuannya, dulunya rumah-rumah itu ada di sisi kanan dan kiri rel. sedangkan, kini rumah-rumah di sana hanya di salah satu sisinya saja, yakni di timur rel.

”Dulu itu di kanan-kiri rel rumahnya. Kemudian yang sisi barat itu dipakai, ada pipa Pertamina. Kemudian digeser sampai sekarang semuanya di timur rel,” imbuhnya.

Sementara itu, menurut Darto (43), salah satu warga yang tinggal di tengah hutan itu, sepengetahuannya dulunya para warga tinggal pindah-pindah.

Mereka awalnya berada di tengah hutan yang jauh dari rel, kemudian terus berpindah hingga kini dekat dengan rel. Jarak tempat tinggal mereka dari rel hanya sekitar 10 meter.

”Dulu pindah-pindah, sebelum menetap di sini sampai sekarang,” katanya.

Editor: Cholis Anwar