Begini Nasib Warga Tengah Hutan Grobogan saat Pemilu
Saiful Anwar
Kamis, 9 Mei 2024 12:37:00
Murianews, Grobogan – Nasib warga yang tinggal di tengah hutan Kramat Grobogan, Jawa Tengah masih menjadi perhatian publik. Salah satunya terkait nasib mereka saat momen Pemilu.
Ternyata, meski tinggal di tengah hutan Kramat Grobogan, mereka selalu antusias mengikuti momen lima tahunan itu.
Mereka pun rela menempuh jarak 5 km menuju pemukiman terdekat untuk memberikan hak suaranya. Di tempat itulah, TPS didirikan untuk memenuhi hak pilih warga
Menurut Saiman, Kadus Rejosari, Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, setiap pemilu para warga di tengah hutan itu selalu antusias menggunakan hak pilihnya. Tidak hanya itu, mereka juga selalu antusias mengikuti program-program pemerintah.
”Kalau ada pil-pil (Pileg, Pilkades, Pilbup, Pilgub, dan Pilpres) itu mereka malah selalu ikut. Kalau ada program-program pemerintah juga mereka itu aktif,” kata Saiman kepada Murianews.com, Rabu (8/5/2024).
Dia memastikan, seluruh warga yang tinggal di hutan itu sudah masuk daftar pemilih tetap (DPT). Tentu, tempat mencoblos mereka di pemukiman yang ramai.
”Tempat nyoblosnya ya tidak di sana. Banyak yang di Kedungjati, yang lebih dekat,” imbuhnya.
Mereka pun telah terbiasa bolak-balik dari kampungnya di tengah hutan ke pemukiman yang ramai. Sebab, fasilitas di pemukiman yang dihuni sekitar 19 keluarga itu memang minim. Praktis, hanya ada sebuah musala sederhana.
Ada sebuah warung yang menjual minuman dan makanan ringan. Namun, tidak ada tempat duduk yang memadai. Dan, saat Murianews.com ke lokasi baru-baru ini, ada banyak serangga yang menyerang, sehingga membuat kurang nyaman.
Sebagaimana diberitakan, puluhan warga Grobogan nekat tinggal di tengah hutan kramat Grobogan selama puluhan tahun. Sebagian mereka merupakan warga Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, dan sebagian lagi warga Desa Kedungjati, Kecamatan Kedungjati.
Mereka hidup dari menggarap lahan jagung milik Perhutani dan luas lahan bervariasi. Namun, umumnya lahan yang digarap cukup luas hingga lebih dari satu hektar, bahkan hingga dua hektare.
Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Grobogan – Nasib warga yang tinggal di tengah hutan Kramat Grobogan, Jawa Tengah masih menjadi perhatian publik. Salah satunya terkait nasib mereka saat momen Pemilu.
Ternyata, meski tinggal di tengah hutan Kramat Grobogan, mereka selalu antusias mengikuti momen lima tahunan itu.
Mereka pun rela menempuh jarak 5 km menuju pemukiman terdekat untuk memberikan hak suaranya. Di tempat itulah, TPS didirikan untuk memenuhi hak pilih warga
Menurut Saiman, Kadus Rejosari, Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, setiap pemilu para warga di tengah hutan itu selalu antusias menggunakan hak pilihnya. Tidak hanya itu, mereka juga selalu antusias mengikuti program-program pemerintah.
”Kalau ada pil-pil (Pileg, Pilkades, Pilbup, Pilgub, dan Pilpres) itu mereka malah selalu ikut. Kalau ada program-program pemerintah juga mereka itu aktif,” kata Saiman kepada Murianews.com, Rabu (8/5/2024).
Dia memastikan, seluruh warga yang tinggal di hutan itu sudah masuk daftar pemilih tetap (DPT). Tentu, tempat mencoblos mereka di pemukiman yang ramai.
”Tempat nyoblosnya ya tidak di sana. Banyak yang di Kedungjati, yang lebih dekat,” imbuhnya.
Mereka pun telah terbiasa bolak-balik dari kampungnya di tengah hutan ke pemukiman yang ramai. Sebab, fasilitas di pemukiman yang dihuni sekitar 19 keluarga itu memang minim. Praktis, hanya ada sebuah musala sederhana.
Ada sebuah warung yang menjual minuman dan makanan ringan. Namun, tidak ada tempat duduk yang memadai. Dan, saat Murianews.com ke lokasi baru-baru ini, ada banyak serangga yang menyerang, sehingga membuat kurang nyaman.
Sebagaimana diberitakan, puluhan warga Grobogan nekat tinggal di tengah hutan kramat Grobogan selama puluhan tahun. Sebagian mereka merupakan warga Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, dan sebagian lagi warga Desa Kedungjati, Kecamatan Kedungjati.
Mereka hidup dari menggarap lahan jagung milik Perhutani dan luas lahan bervariasi. Namun, umumnya lahan yang digarap cukup luas hingga lebih dari satu hektar, bahkan hingga dua hektare.
Editor: Zulkifli Fahmi