Untung Prasetyo, Ketua Yayasan Cahaya Hati di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, membocorkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendirikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum MBG. Biaya awal untuk membangun dapur umum mandiri bisa mencapai Rp 1 miliar hingga 2 miliar.
Untung menambahkan, dana sebesar itu dialokasikan untuk kebutuhan utama seperti pengadaan dua unit mobil boks, penyewaan lahan dan pembangunan dapur. Kemudian juga untuk melengkapi perlengkapan penunjang seperti foodtray (wadah makanan, red) dan lain-lain.
Ia mengatakan, bersama sepuluh orang rekannya, telah mengucurkan investasi besar untuk membangun dapur umum SPPG mandiri yang terletak di Jl. Hayam Wuruk, Kelurahan Kalongan, Kecamatan Purwodadi. Tepatnya di depan RS Permata Bunda Purwodadi.
Bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 1.800 meter persegi, milik Isnaini Nurnainingsi. Kini, bangunan itu telah dilengkapi berbagai fasilitas seperti gudang penyimpanan bahan pangan dengan empat unit freezer, peralatan masak, ruang administrasi, ruang gizi, dan ruang kantor.
“Saat ini kami dalam proses verifikasi. Semua dokumen yang diminta telah kami lengkapi, tinggal menunggu ploting SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia) dari pihak BGN (Badan Gizi Nasional),” kata Untung, Rabu (23/4/2025).
Murianews, Grobogan – Mendirikan dapur umum untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), ternyata butuh modal besar. Bahkan besarannya bisa dikatakan cukup fantastis.
Untung Prasetyo, Ketua Yayasan Cahaya Hati di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, membocorkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendirikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum MBG. Biaya awal untuk membangun dapur umum mandiri bisa mencapai Rp 1 miliar hingga 2 miliar.
Untung menambahkan, dana sebesar itu dialokasikan untuk kebutuhan utama seperti pengadaan dua unit mobil boks, penyewaan lahan dan pembangunan dapur. Kemudian juga untuk melengkapi perlengkapan penunjang seperti foodtray (wadah makanan, red) dan lain-lain.
Ia mengatakan, bersama sepuluh orang rekannya, telah mengucurkan investasi besar untuk membangun dapur umum SPPG mandiri yang terletak di Jl. Hayam Wuruk, Kelurahan Kalongan, Kecamatan Purwodadi. Tepatnya di depan RS Permata Bunda Purwodadi.
Bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 1.800 meter persegi, milik Isnaini Nurnainingsi. Kini, bangunan itu telah dilengkapi berbagai fasilitas seperti gudang penyimpanan bahan pangan dengan empat unit freezer, peralatan masak, ruang administrasi, ruang gizi, dan ruang kantor.
“Saat ini kami dalam proses verifikasi. Semua dokumen yang diminta telah kami lengkapi, tinggal menunggu ploting SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia) dari pihak BGN (Badan Gizi Nasional),” kata Untung, Rabu (23/4/2025).
4000 porsi...
Dijelaskannya, dapur umum yang dibangunnya itu akan mampu memproduksi 3.000 hingga 4.000 porsi makanan setiap hari. Jumlah itu bisa mencukupi kebutuhan satu titik layanan dalam radius lima kilometer, termasuk sekolah-sekolah dalam program MBG.
Pihaknya juga telah melalui berbagai tahapan mulai dari pendaftaran, pengumpulan dokumen, verifikasi, hingga tahap perjanjian kerja sama (PKS). Setiap tahapan memiliki masa tunggu tersendiri. Namun, bila semua persyaratan telah sesuai dengan juknis, maka prosesnya bisa berjalan lebih cepat.
"Sebaliknya, jika masih ada kekurangan, maka perlu dilakukan revisi. BGN menerapkan standar yang sangat ketat. Calon dapur mitra harus benar-benar memenuhi spesifikasi mereka karena ini adalah program prioritas nasional dari Presiden,” tambahnya.
Untung menegaskan, selama proses pendaftaran, BGN tidak memungut biaya apa pun. Seluruh anggaran yang dikumpulkan, murni digunakan untuk kebutuhan pembangunan dapur umum mandiri, termasuk gedung, perlengkapan, dan peralatan.
Untung menyebut, rencana pembangunan dapur umum MBG ini telah dimulai sejak 27 Desember 2024 lalu. Kemudian proses pendaftaran berlangsung pada Januari 2025, dilanjutkan dengan kelengkapan dokumen pada Februari.
"Revisi pada Maret, dan kini mereka menunggu arahan selanjutnya dari BGN di bulan April ini," tandasnya.
Editor: Budi Santoso