Murianews, Pati – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati mencatat sembilan kecamatan di Bumi Mina Tani mengalami kekeringan hingga saat ini. Karena itu, BPBD menetapkan status siaga bencana.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya mengungkapkan kesembilan kecamatan itu yakni Kecamatan Jakenan, Jaken, Winong, Pucakwangi, Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus dan Tayu.
Sekitar 58 desa yang tersebar di kecamatan itu mengalami kekeringan. Lebih dari 40 ribu jiwa kesulitan mendapatkan air bersih, sehingga memerlukan bantuan untuk kebutuhan sehari-hari. Baik memasak maupun mandi.
”Ada 194 desa yang menurut kajian memang berada di wilayah kekeringan. Ada 58 desa yang sudah mengalami kekeringan (saat ini),” ujar Martinus, Jumat (1/9/2023).
Ia mengungkapkan kekeringan ini terjadi lantaran adanya fenomena El Nino. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya musim kemarau ekstrim dan lebih lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
”Pada bulan Mei, Juni, Juli itu sudah masuk kemarau. Puncaknya diprediksi Agustus dan September 2023. Bahkan bisa lebih. Karena fenomena El Nino,” kata Martinus.
Pihaknya melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi bencana ini. Sekitar 200 tangki air bersih telah disalurkan BPBD Kabupaten Pati kepada masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pati juga gencar menyalurkan air bersih setiap harinya kepada masyarakat. Ratusan tangki air bersih telah disalurkan.
BPBD Kabupaten Pati juga telah menetapkan status siaga bencana kekeringan. Bila kekeringan semakin meluas, pihaknya bakal meningkatkan status menjadi tanggap darurat bencana.
”Status kita masih siaga darurat bencana kekeringan. Kita belum meningkatkan status tanggap darurat. Karena perlu perhitungan. Tapi kalau kondisi ini lebih parah lagi, di bulan September nanti kita sampaikan ke pimpinan agar meningkatkan status,” pungkas dia.
Editor: Supriyadi



