Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Bencana banjir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah terus meluas. Hingga Jumat (15/3/2024) pagi, tercatat ada puluhan desa di 10 kecamatan yang terdampak banjir tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Murianews.com dari relawan maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, kecamatan yang terdampak itu yakni Tayu, Kayen, Gabus, Tambakromo, Sukolilo, Jakenan, Juwana, Batangan, Pati Kota dan Wedarijaksa.

Lebih dari 30 desa di sepuluh kecamatan tersebut terendam banjir. Di antaranya Desa Kasiyan (Sukolilo), Mintobasuki (Gabus),  Glonggong (Jakenan), Mustikoharjo (Pati Kota) dan Desa Doropayung (Juwana).

Sejumlah lahan pertanian, jalan, pemukiman warga, gedung sekolahan hingga rumah ibadah ikut terdampak banjir. Sejumlah desa juga baru tergenang pada Kamis (14/3/2024) malam dan Jumat (15/3/2024) dini hari.

Salah satu desa yang baru terendam banjir yakni Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan. Desa yang dilintasi Sungai Juwana itu kebanjiran pada Jumat dini hari.

Sebelumnya, banjir hanya menggenangi pekarangan dan lahan pertanian di desa tersebut. Kini banjir sudah masuk ke rumah-rumah warga. Meskipun demikian, warga masih bertahan di rumah masing-masing.

”Info terkini Ngastorejo, Karangrowo dan lainnya sudah tergenang banjir. Sampai sekitar jam 10-11 malam, banjir belum apa-apa (masuk). Baru hujan saja. Setelah tengah malam banjir mulai datang,” ungkap salah satu warga Desa Ngastorejo, Anwar kepada Murianews.com.

Ia mengaku banjir di desanya merupakan banjir langganan setiap musim hujan datang. Namun banjir kali ini berbeda dengan banjir sebelum-sebelumnya.

Anwar menilai banjir tahun ini datang mendadak. Selain itu, ia juga memprediksi banjir membutuhkan waktu lama untuk surut. Prediksi ini muncul setelah melihat warna air banjir yang lebih jernih.

”Banjir kali ini tantangannya terlalu mendadak. Warnanya bening, bisanya kalau airnya bening lama surutnya. Untuk ketinggian sekitar 5 cm hingga 50 cm,” kata Anwar.

Banjir ini dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Pati sejak pekan lalu. Banjir juga disinyalir lantaran lahan kritis di Pegunungan Kendeng maupun Gunung Muria di wilayah Pati. Akibatnya, sejumlah aliran sungai meluap dan menggenangi pemukiman warga.

”Kalau kita runut, ini terjadi lantaran beralihnya fungsi hutan lindung menjadi tanaman semusim, padi, ketela dan sebagian. Buahnya (akibatnya) diambil dan dirasakan oleh masyarakat,” kata kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Pati Martinus Budi Prasetya.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler