Sedekah Bumi Jrahi Pati Meriah, Habiskan Seratusan Juta
Umar Hanafi
Selasa, 21 Mei 2024 14:33:00
Murianews, Pati – Sedekah bumi di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah berjalan meriah, Selasa (21/5/2024). Upacara tradisi setiap tahun ini menghabiskan dana tak sedikit. Yakni seratusan juta rupiah.
Lautan manusia tumpah di area Gili Malang, Desa Jrahi. Mereka menghadari sedekah bumi di desa tersebut untuk berebut gunungan serta berkatan. Sebelumnya, ribuan berkatan disediakan warga setempat untuk masyarakat desa luar Jrahi.
Setiap rumah atau kepala keluarga menyediakan dua berkatan. Berkatan berisi nasi dan lauk pauknya ini diwadahi ayaman bambu yang disebut warga setempat sebagai tlandik.
Nasi berkatan ini dikumpulkan di masing-masing Ketua RT untuk kemudian dibawa ke punden. Selain berkatan, hasil bumi seperti kopi, jambu, buah kakau, terong dan beberapa hasil bumi lainnya juga disediakan warga.
Hasil bumi dan beberapa berkatan diarak keliling desa sebelum dibawa ke punden untuk didoakan bersama ribuan berkatan. Hasil bumi ditumpuk sedemikian rupa hingga membentuk gunungan. Sedangkan berkatan ditempatkan di miniatur rumah, warga desa sekitar menyebut Pucak.
Kepala Desa Jrahi, Miko Adi Setyawan, mengatakan, rangkaian sedekah bumi tahun ini sudah dimulai sejak Senin (20/5/2024) kemarin sore. Ia mengungkapkan makna acara ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang didapatkan.
”KK itu wajib 2 tlandik. Kemarin sudah ada. Hari ini puncak acara. Ini ritual khajatan. Kita berdoa sebagai ungkapan rasa syukur dan berdoa agar Desa Jrahi aman dan tentram,” tutur Miko.
Ia mengungkapkan setiap tahun di bulan Apet atau bulan ke 11 penanggalan Jawa, acara ini digelar. Sedekah Bumi ini juga menjadi momen untuk menyatukan warganya. Meskipun warganya dari berbagai golongan agama, namun tetap guyub rukun ikut menyukseskan acara ini.
Ribuan berkatan yang telah disiapkan, habis seketika usai doa dipanjatkan. Bahkan beberapa nasi berkatan yang tercecer dipungut beberapa warga. Warga yang memburu berkatan ini dari luar Desa Jrahi.
”Masyarakat antusias itu pasti. Karena berkah besar. nasi yang berceceran saja diambil,” ujar Miko.
Desa ini mempunyai masyarakat yang plural. Ada tiga agama dan satu penghayat kepercayaan di desa ini. Yakni, Islam, Protestan, Budha dan Sapto Darmo.
Selain arak-arakan dan karnaval, sejumlah pertunjukan juga digelar dalam Sedekah Bumi kali ini. Seperti pentas tayub, ketoprak, pentas dangdut dan campur sari.
”Saat rapat panitia kembarin anggaran membutuhkan Rp 118 juta,” kata dia.
Sementara itu, Naila, warga Kecamatan Tayu yang ikut acara ini merasa senang. Ia mendapat berkatan usai menunggu acara sedari pagi. Nantinya, hasil kabumi yang didapatkannya akan dibawa pulang untuk keluarga.
”Kita kesini. Mencari berkatan. Nanti di makan bareng-bareng. Semoga Tuhan memberikan berkah,” tandas dia.
Editor: Supriyadi
Murianews, Pati – Sedekah bumi di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah berjalan meriah, Selasa (21/5/2024). Upacara tradisi setiap tahun ini menghabiskan dana tak sedikit. Yakni seratusan juta rupiah.
Lautan manusia tumpah di area Gili Malang, Desa Jrahi. Mereka menghadari sedekah bumi di desa tersebut untuk berebut gunungan serta berkatan. Sebelumnya, ribuan berkatan disediakan warga setempat untuk masyarakat desa luar Jrahi.
Setiap rumah atau kepala keluarga menyediakan dua berkatan. Berkatan berisi nasi dan lauk pauknya ini diwadahi ayaman bambu yang disebut warga setempat sebagai tlandik.
Nasi berkatan ini dikumpulkan di masing-masing Ketua RT untuk kemudian dibawa ke punden. Selain berkatan, hasil bumi seperti kopi, jambu, buah kakau, terong dan beberapa hasil bumi lainnya juga disediakan warga.
Hasil bumi dan beberapa berkatan diarak keliling desa sebelum dibawa ke punden untuk didoakan bersama ribuan berkatan. Hasil bumi ditumpuk sedemikian rupa hingga membentuk gunungan. Sedangkan berkatan ditempatkan di miniatur rumah, warga desa sekitar menyebut Pucak.
Kepala Desa Jrahi, Miko Adi Setyawan, mengatakan, rangkaian sedekah bumi tahun ini sudah dimulai sejak Senin (20/5/2024) kemarin sore. Ia mengungkapkan makna acara ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang didapatkan.
”KK itu wajib 2 tlandik. Kemarin sudah ada. Hari ini puncak acara. Ini ritual khajatan. Kita berdoa sebagai ungkapan rasa syukur dan berdoa agar Desa Jrahi aman dan tentram,” tutur Miko.
Ia mengungkapkan setiap tahun di bulan Apet atau bulan ke 11 penanggalan Jawa, acara ini digelar. Sedekah Bumi ini juga menjadi momen untuk menyatukan warganya. Meskipun warganya dari berbagai golongan agama, namun tetap guyub rukun ikut menyukseskan acara ini.
Ribuan berkatan yang telah disiapkan, habis seketika usai doa dipanjatkan. Bahkan beberapa nasi berkatan yang tercecer dipungut beberapa warga. Warga yang memburu berkatan ini dari luar Desa Jrahi.
”Masyarakat antusias itu pasti. Karena berkah besar. nasi yang berceceran saja diambil,” ujar Miko.
Desa ini mempunyai masyarakat yang plural. Ada tiga agama dan satu penghayat kepercayaan di desa ini. Yakni, Islam, Protestan, Budha dan Sapto Darmo.
Selain arak-arakan dan karnaval, sejumlah pertunjukan juga digelar dalam Sedekah Bumi kali ini. Seperti pentas tayub, ketoprak, pentas dangdut dan campur sari.
”Saat rapat panitia kembarin anggaran membutuhkan Rp 118 juta,” kata dia.
Sementara itu, Naila, warga Kecamatan Tayu yang ikut acara ini merasa senang. Ia mendapat berkatan usai menunggu acara sedari pagi. Nantinya, hasil kabumi yang didapatkannya akan dibawa pulang untuk keluarga.
”Kita kesini. Mencari berkatan. Nanti di makan bareng-bareng. Semoga Tuhan memberikan berkah,” tandas dia.
Editor: Supriyadi