Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Pembangunan Bendung Karet Kembang Kempis di Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan dijadwalkan kelar pada Juli 2024. Bendung ini pun diharapkan bisa memberikan manfaat kepada petani.

Pembangunan bendung karet ini sudah mulai tahap akhir. Berdasarkan pantauan Murianews.com, sejumlah alat berat masih sibuk merapikan bendungan tersebut.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Niken Tri Meiningrum memaparkan pembangunan bendung karet ini sudah dalam tahap akhir. Rencananya pembangunan bendung ini kelar pada bulan Juli.

”Bendung Karet di Bungasrejo, Jakenan, rencana selesai pembangunan pada bulan Juli. Sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai penampungan,” ujar Niken kepada Murianews.com, Jumat (28/6/2024).

Ia memaparkan bendung ini dilengkapi dengan sejumlah pompa air untuk perairan lahan pertanian di Kecamatan Jakenan dan sekitarnya.

Selain untuk irigasi pertanian, bendung karet ini juga dinilai bisa mencegah naik air laut ke Sungai Juwana saat musim kemarau. Dengan demikian, petani di Kecamatan Jakenan, Gabus dan sekitarnya bisa memanfaatkan Sungai Juwana untuk pengairan ketika musim kemarau.

”Ada pompa air yang bisa menyedot air di sana. Selain menampung air bisa juga mencegah naiknya air laut ke sungai. Bendungan karet bisa memanfaatkan pompa di sana. Kita manfaat irigasi per pompaan,” kata dia.

Sementara itu, aktivis lingkungan dari Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan) Pati pun berharap bendung ini memang bermanfaat untuk para petani.

”Bendung karet untuk menghalau air asin agar tidak masuk ke Sungai Juwana. Sehingga bisa melaksanakan MT 1 dan MT 3,” kata Ketua Jampisawan Pati Sunhadi ditemui terpisah.

Ia mengaku bendungan ini sudah diusulkan keberadaannya sejak 15 tahun yang lalu. Lembaganya salah satu pihak yang mencanangkan bendungan tersebut.

Namun menurutnya, kondisi alam saat ini dengan 15 tahun yang lalu memiliki perbedaan. Sehingga perlu kajian lebih agar keberadaan bendungan karet tidak berdampak negatif kepada masyarakat. Khususnya masalah banjir.

”Berhubung baru terealisasi tahun ini, belum ada yang menganalis perubahan iklim. Awalnya, banjir dua kali dan sekarang sering terjadi banjir bahkan 10 kali sampai 15 kali,” kata dia.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler