Baru Didirikan, Ratusan Warga Tutup Hotel di Puncel Pati
Umar Hanafi
Jumat, 12 Juli 2024 17:12:00
Murianews, Pati – Ratusan warga Desa Puncel, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati menggeruduk Hotel D'Ayyana, Jumat (12/7/2024). Mereka menuntut hotel tersebut ditutup meskipun baru didirikan dan dibuka sejak beberapa hari yang lalu.
Kepala Desa Puncel Sutiyono memaparkan hotel yang berada di wilayahnya tersebut tidak pernah melayangkan izin kepada pihak Pemerintah Desa (Pemdes). Ia mengungkapkan pihak hotel D'Ayyana hanya meminta tanda tangan ke sejumlah warga. Itu pun tidak menjelaskan maksud tanda tangan tersebut.
”Nggak pernah bilang ke desa. Pemilik hotel merayu warga 20 KK tapi jumlah orang 50 orang. Warga diberi Rp 150 ribu dan sembako untuk tanda tangan. Masyarakat ya ngak tau itu untuk persetujuan hotel,” ujar Sutiyono kepada Murianews.com.
Selain faktor izin, warga juga khawatir hotel tersebut disalahgunakan. Pihaknya tidak mau keberadaan hotel mencoreng nama baik Desa Puncel, bila digunakan untuk perzinahan.
”Selain tidak berizin kawatir terjadi hal yang negatif. Dia ngakunya mengantongi izin melaui online, dari warga, Pak Inggi tidak tanda tangan kog izin,” ungkap dia.
Akhirnya, dari aksi demo warga ini, pihak hotel dan Pemdes Puncel menyepakati dilakukannya penutupan Hotel D'Ayyana. Warga yang melakukan aksi demo akhirnya membubarkan diri.
“Demo sudah selesai, kesepakatan hasilnya ditutup selamanya. Tidak akan dibuka lagi. Demo berjalan kondusif. Tidak anarki,” tandas dia.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Puncel Fuad Saifurrohman menilai gerakan penutupan hotel tersebut terlalu terburu-buru. Ia menilai seharusnya, Pemdes memberikan ruang kepada pihak hotel untuk melakuka audiensi terlebih dahulu.
Menurutnya, sebelum penutupan tersebut, pihak hotel tidak pernah diajak rembuk untuk menjelaskan perizinan hingga komitmennya dalam menjaga nama baik Desa Puncel.
”Saya jadi ingat beberapa bulan yang lalu ada demo di kecamatan woro-woro ke masyarakat untuk ikut demo jalan rusak. Tapi apa hasil dari demo dan apakah tututan masyarakat bisa terealisasi. Saya jawab tidak. Jangan sampai hal seperti ini warga yng menjadi tameng hanya demi kepentingan pribadi,” tutur dia.
Ia mengaku merasa prihatin dengan demontrasi tersebut. Menurut dia, tindakan tersebut kurang bijak lantaran dilakukan sebelum ada proses audiensi.
”Apa pemangku kebijakan tidak bisa menyikapi persoalan dengan cara yang arif dan bijaksana. Pada intinya saya secara pribadi juga pengen Puncel aman nyaman damai,” tandas dia.
Editor: Budi Santoso
Murianews, Pati – Ratusan warga Desa Puncel, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati menggeruduk Hotel D'Ayyana, Jumat (12/7/2024). Mereka menuntut hotel tersebut ditutup meskipun baru didirikan dan dibuka sejak beberapa hari yang lalu.
Kepala Desa Puncel Sutiyono memaparkan hotel yang berada di wilayahnya tersebut tidak pernah melayangkan izin kepada pihak Pemerintah Desa (Pemdes). Ia mengungkapkan pihak hotel D'Ayyana hanya meminta tanda tangan ke sejumlah warga. Itu pun tidak menjelaskan maksud tanda tangan tersebut.
”Nggak pernah bilang ke desa. Pemilik hotel merayu warga 20 KK tapi jumlah orang 50 orang. Warga diberi Rp 150 ribu dan sembako untuk tanda tangan. Masyarakat ya ngak tau itu untuk persetujuan hotel,” ujar Sutiyono kepada Murianews.com.
Selain faktor izin, warga juga khawatir hotel tersebut disalahgunakan. Pihaknya tidak mau keberadaan hotel mencoreng nama baik Desa Puncel, bila digunakan untuk perzinahan.
”Selain tidak berizin kawatir terjadi hal yang negatif. Dia ngakunya mengantongi izin melaui online, dari warga, Pak Inggi tidak tanda tangan kog izin,” ungkap dia.
Akhirnya, dari aksi demo warga ini, pihak hotel dan Pemdes Puncel menyepakati dilakukannya penutupan Hotel D'Ayyana. Warga yang melakukan aksi demo akhirnya membubarkan diri.
“Demo sudah selesai, kesepakatan hasilnya ditutup selamanya. Tidak akan dibuka lagi. Demo berjalan kondusif. Tidak anarki,” tandas dia.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Puncel Fuad Saifurrohman menilai gerakan penutupan hotel tersebut terlalu terburu-buru. Ia menilai seharusnya, Pemdes memberikan ruang kepada pihak hotel untuk melakuka audiensi terlebih dahulu.
Menurutnya, sebelum penutupan tersebut, pihak hotel tidak pernah diajak rembuk untuk menjelaskan perizinan hingga komitmennya dalam menjaga nama baik Desa Puncel.
”Saya jadi ingat beberapa bulan yang lalu ada demo di kecamatan woro-woro ke masyarakat untuk ikut demo jalan rusak. Tapi apa hasil dari demo dan apakah tututan masyarakat bisa terealisasi. Saya jawab tidak. Jangan sampai hal seperti ini warga yng menjadi tameng hanya demi kepentingan pribadi,” tutur dia.
Ia mengaku merasa prihatin dengan demontrasi tersebut. Menurut dia, tindakan tersebut kurang bijak lantaran dilakukan sebelum ada proses audiensi.
”Apa pemangku kebijakan tidak bisa menyikapi persoalan dengan cara yang arif dan bijaksana. Pada intinya saya secara pribadi juga pengen Puncel aman nyaman damai,” tandas dia.
Editor: Budi Santoso