Kelima tokoh yang diberi anugerah adalah Mbah Abbas (Santri Pejuang), H Saryani (Santri Pengusaha), KH Hasbullah (Santri Pendidik), Nyai Hj Dra Nafisah Sahal (Santri pemberdaya perempuan), dan Drs H Achmad (Santri birokrat).
Mbah Abbas (Santri Penuang), berasal dari Desa Talun, Kecamatan Kayen, adalah seorang santri sekaligus pejuang kemerdekaan. Meskipun sempat menjabat sebagai kepala desa pada masa penjajahan Belanda, Mbah Abbas memilih jalan perlawanan dan enggan tunduk.
Kemudian H Saryani (Santri Pengusaha), lahir, hidup, dan wafat di kampung nelayan Desa Bendar, Kecamatan Juwana (15 November 1933 – 22 Juni 2021). H Saryani dikenal sebagai santri pengusaha yang merintis usaha dari nol.
Berkat kerja kerasnya, ia berhasil memiliki banyak kapal dan menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Selain sukses dalam bisnis, beliau dikenal dermawan. Jejak amal jariyah beliau masih terasa hingga kini, termasuk pendirian Rumah Sakit Islam (RSI) Pati.
Lalu KH Hasbullah (Santri Pendidik) adalah ulama asal Desa Kembang, Kecamatan Dukuhseti (lahir sekitar 1888 – wafat 1972). Beliau berjuang menyalakan cahaya ilmu dan agama Islam di ujung utara Pati, di masa ketika tradisi kejawen masih sangat kuat.
Murianews, Pati – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati menganugerahkan penghargaan kepada lima tokoh santri yang dianggap memiliki kiprah dan jasa besar bagi umat dan bangsa.
Penganugerahan ini dilakukan dalam Malam Tasyakuran Hari Santri 2025 yang digelar di halaman kantor Sekretariat Daerah (Setda) Pati, Kamis (31/10/2025) malam.
Kelima tokoh yang diberi anugerah adalah Mbah Abbas (Santri Pejuang), H Saryani (Santri Pengusaha), KH Hasbullah (Santri Pendidik), Nyai Hj Dra Nafisah Sahal (Santri pemberdaya perempuan), dan Drs H Achmad (Santri birokrat).
Mbah Abbas (Santri Penuang), berasal dari Desa Talun, Kecamatan Kayen, adalah seorang santri sekaligus pejuang kemerdekaan. Meskipun sempat menjabat sebagai kepala desa pada masa penjajahan Belanda, Mbah Abbas memilih jalan perlawanan dan enggan tunduk.
Bersama santri pejuang lain, seperti Mbah Mahfudh dan Gus Hasyim Kajen, ia membentuk jaringan perlawanan untuk melumpuhkan kekuasaan Belanda di Pati. Mbah Abbas gugur secara heroik pada 19 Maret 1949 setelah Agresi Militer Belanda II.
Kemudian H Saryani (Santri Pengusaha), lahir, hidup, dan wafat di kampung nelayan Desa Bendar, Kecamatan Juwana (15 November 1933 – 22 Juni 2021). H Saryani dikenal sebagai santri pengusaha yang merintis usaha dari nol.
Berkat kerja kerasnya, ia berhasil memiliki banyak kapal dan menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Selain sukses dalam bisnis, beliau dikenal dermawan. Jejak amal jariyah beliau masih terasa hingga kini, termasuk pendirian Rumah Sakit Islam (RSI) Pati.
Lalu KH Hasbullah (Santri Pendidik) adalah ulama asal Desa Kembang, Kecamatan Dukuhseti (lahir sekitar 1888 – wafat 1972). Beliau berjuang menyalakan cahaya ilmu dan agama Islam di ujung utara Pati, di masa ketika tradisi kejawen masih sangat kuat.
KH Hasbullah...
Setelah menimba ilmu di berbagai pesantren di Jawa hingga Madura, KH Hasbullah kembali ke tanah kelahiran dan mendirikan surau, madrasah, pondok pesantren, serta Masjid Sabilal Huda yang menjadi pusat pendidikan Islam bagi masyarakat.
Nyai Hj Dra Nafisah Sahal (Santri Pemberdaya Perempuan), lahir di Jombang pada 8 Februari 1946, Nyai Nafisah adalah putri dari pasangan KH Abdul Fatah Hasyim dan Nyai Hj Musyarofah Bisri.
Beliau dikenal sebagai perempuan pesantren yang melampaui zamannya dengan menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai pendiri Pesantren Putri Al Badi’iyyah Kajen, Nyai Nafisah mendedikasikan hidupnya bagi pendidikan dan pemberdayaan perempuan.
Terakhir Drs H Achmad (Santri Birokrat), putra kelahiran Desa Sirahan, Kecamatan Cluwak, Pati (17 Agustus 1935 – 23 Mei 2023), merupakan santri intelektual yang berhasil menapaki karir panjang di birokrasi tanpa meninggalkan nilai-nilai kesantrian.
Selepas lulus Fakultas Ekonomi UGM, ia turut mendirikan Fakultas Ekonomi di Purwokerto (kini Universitas Jenderal Soedirman).
Dalam karier pemerintahannya, beliau pernah menjabat sebagai Bupati Magelang selama dua periode, berkiprah di pemerintahan pusat dan provinsi, hingga menjabat Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Beliau juga menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah selama dua periode berturut-turut.
Ketua PCNU Pati, KH Yusuf Hasyim menjelaskan, penganugerahan tokoh santri merupakan tradisi tahunan PCNU Pati sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan pengabdian mereka.
”Kabupaten Pati menyimpan banyak tokoh santri yang layak dan patut dihargai serta diteladani perjuangannya. Tidak hanya pejuang lokal, tetapi juga nasional. Itu membuktikan jika santri berperan besar dalam perjuangan bangsa sejak penjajahan hingga saat ini,” tandas Kiai Yusuf.
Editor: Cholis Anwar