Warga mengikuti kegiatan tradisi Megengan di kawasan makam Sunan Muria. (Murianews/Vega Maarijil Ula)
Murianews, Kudus – Tradisi Megengan digelar di kawasan Makam Sunan Muria, Senin (11/3/2024). Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai bentuk mengharap keberkahan kepada Sunan Muria.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur mengatakan, tradisi Megengan Sunan Muria merupakan tradisi ngalap berkah. Menurutnya, kesejahteraan masyarakat di kawasan Sunan Muria saat ini terbantu dengan keberadaan Sunan Muria.
”Keberadaan mbah Sunan Muria menjadikan masyarakat sini sejahtera baik secara materiil maupun non materiil. Ada juga yang jualan di sini bisa laku dagangannya. Makanya tradisi ini sebagai pengakuan terhadap Sunan Muria yang rutin diselenggarakan setiap menjelang Ramadan,” katanya, Senin (11/3/2024).
Dia menjelaskan, tradisi Megengan ini dirayakan menggunakan nasi, ayam panggang tanpa bumbu, kuluban urap, daun kelor, daun dadak, dan daun mengkudu. Masyarakat desa Colo dan masyarakat di sekitar area Makam Sunan Muria mengikuti acara ini.
Biasanya sebelum acara Megengan ini masyarakat mengawali dengan ziarah dan tahlilan terlebih dahulu. Setelahnya dilakukan tasyakuran atas berkah yang sudah diberikan untuk masyarakat setempat.
”Pada intinya tradisi ini merupakan ucapan rasa syukur kepada Allah. Selain itu sebagai pengakuan terhadap keberadaan Sunan Muria,” imbuhnya.
Salah seorang warga Kudus, Yuliana mengatakan setiap tahun selalu datang untuk ikut memperingati tradisi Megengan. Dirinya mengaku ikut melestarikan tradisi yang biasa diikuti keluarganya.
”Setiap tahun menjelang Ramadan pasti ke sini. Bapak ibu saya selalu ke melakukan tradisi ini, saya ikut melestarikan saja,” katanya, Senin (11/3/2024).
Dia menambahkan, biasanya membawa ayam panggang dari rumah. Kemudian dimakan bersama-sama di kawasan makam Sunan Muria.
”Sebagai bentuk rasa syukur. Apalagi sudah dimulai sejak dulu oleh orangtua saya,” imbuhnya.
Warga lainnya, Ismaryanto mengatakan dirinya membawa makanan dari rumah. Terdiri dari ingkung, kuluban, dan sambal goreng.
”Kami ikut melestarikan tradisi ngalap berkah mbah Sunan Muria. Sebagai bentuk syukuran,” ujarnya.
Editor: Budi Santoso
Murianews, Kudus – Tradisi Megengan digelar di kawasan Makam Sunan Muria, Senin (11/3/2024). Tradisi tersebut dilaksanakan sebagai bentuk mengharap keberkahan kepada Sunan Muria.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur mengatakan, tradisi Megengan Sunan Muria merupakan tradisi ngalap berkah. Menurutnya, kesejahteraan masyarakat di kawasan Sunan Muria saat ini terbantu dengan keberadaan Sunan Muria.
”Keberadaan mbah Sunan Muria menjadikan masyarakat sini sejahtera baik secara materiil maupun non materiil. Ada juga yang jualan di sini bisa laku dagangannya. Makanya tradisi ini sebagai pengakuan terhadap Sunan Muria yang rutin diselenggarakan setiap menjelang Ramadan,” katanya, Senin (11/3/2024).
Dia menjelaskan, tradisi Megengan ini dirayakan menggunakan nasi, ayam panggang tanpa bumbu, kuluban urap, daun kelor, daun dadak, dan daun mengkudu. Masyarakat desa Colo dan masyarakat di sekitar area Makam Sunan Muria mengikuti acara ini.
Biasanya sebelum acara Megengan ini masyarakat mengawali dengan ziarah dan tahlilan terlebih dahulu. Setelahnya dilakukan tasyakuran atas berkah yang sudah diberikan untuk masyarakat setempat.
”Pada intinya tradisi ini merupakan ucapan rasa syukur kepada Allah. Selain itu sebagai pengakuan terhadap keberadaan Sunan Muria,” imbuhnya.
Salah seorang warga Kudus, Yuliana mengatakan setiap tahun selalu datang untuk ikut memperingati tradisi Megengan. Dirinya mengaku ikut melestarikan tradisi yang biasa diikuti keluarganya.
”Setiap tahun menjelang Ramadan pasti ke sini. Bapak ibu saya selalu ke melakukan tradisi ini, saya ikut melestarikan saja,” katanya, Senin (11/3/2024).
Dia menambahkan, biasanya membawa ayam panggang dari rumah. Kemudian dimakan bersama-sama di kawasan makam Sunan Muria.
”Sebagai bentuk rasa syukur. Apalagi sudah dimulai sejak dulu oleh orangtua saya,” imbuhnya.
Warga lainnya, Ismaryanto mengatakan dirinya membawa makanan dari rumah. Terdiri dari ingkung, kuluban, dan sambal goreng.
”Kami ikut melestarikan tradisi ngalap berkah mbah Sunan Muria. Sebagai bentuk syukuran,” ujarnya.