Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus berusaha untuk melakukan langkah promotif, preventif, dan rehabilitatif guna menangani permasalahan DBD.
”Langkah pertama mengatasi DBD itu harus melakukan pencegahan. Langkah yang kami lakukan tidak hanya mengatasi tetapi sebisa mungkin mencegah dulu,” katanya, Selasa (20/5/2025).
Dokter Andini menjelaskan, hal pertama yang dilakukannya yakni melakukan promotif dan preventif serta edukasi kepada masyarakat.
Ia menjelaskan, DBD bisa dicegah dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan 3M plus.
”Gerakan PSN dan 3M menjadi kunci utama. Pak Bupati tadi juga sudah menyampaikan hal ini,” sambungnya.
Murianews, Kudus – Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah telah menyiapkan berbagai jurus untuk menangani permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus berusaha untuk melakukan langkah promotif, preventif, dan rehabilitatif guna menangani permasalahan DBD.
Kepala DKK Kudus dr Andini Aridewi menjelaskan, DBD harus dicegah. Hal itu perlu dilakukan agar tidak hanya fokus pada pengobatan.
”Langkah pertama mengatasi DBD itu harus melakukan pencegahan. Langkah yang kami lakukan tidak hanya mengatasi tetapi sebisa mungkin mencegah dulu,” katanya, Selasa (20/5/2025).
Dokter Andini menjelaskan, hal pertama yang dilakukannya yakni melakukan promotif dan preventif serta edukasi kepada masyarakat.
Ia menjelaskan, DBD bisa dicegah dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan 3M plus.
”Gerakan PSN dan 3M menjadi kunci utama. Pak Bupati tadi juga sudah menyampaikan hal ini,” sambungnya.
Gencarkan PSN...
Rencananya pihak DKK Kudus bersama puskesmas hendak menggencarkan PSN ke sekolah. Hal ini berkaca dari kasus DBD di Kota Kretek kebanyakan diderita oleh anak-anak usia 5 tahun hingga 14 tahun.
”Kami bersama puskesmas ada inovasi sekolah bebas nyamuk. kegiatan ini mendidik siswa agar menjadi agen pemantau jentik nyamuk di sekolah. Secara tidak langsung siswa akan memantau jentik-jentik nyamuk di rumahnya masing-masing,” terangnya.
Terlebih, menurut dr Andini anak-anak di Kabupaten Kudus paling sering terjangkit DBD di tahun ini. Hal itu dikarenakan nyamuk Aedes Aegypti menggigit di waktu pagi hingga sore hari.
”Nyamuk Aedes Aegypti ini terbang di jam-jam anak sedang bersekolah. Makanya nanti kami akan lakukan kegiatan PSN di sekolah,” ujarnya.
Langkah kedua yang dilakukan oleh DKK Kudus yakni dengan cara skrining. Skrining dilakukan di puskesmas menggunakan alat tes demam berdarah NS1 Dengue.
”Kami sudah memiliki alat deteksi dini DBD NS1. Alat tersebut sudah kami distribusikan ke rumah sakit dan puskesmas agar dapat dimanfaatkan untuk masyarakat secara gratis. Tujuannya ketika ada DBD bisa terdeteksi,” terangnya.
Ia menyampaikan, alat deteksi dini DBD NS1 sudah tersedia di puskesmas dan rumah sakit sejak 2023 silam. Kemudian pada 2024 keseluruhan 19 puskesmas di Kabupaten Kudus dan rumah sakit telah tersedia alat ini.
”Alat NS1 ini gratis. Kami selalu arahkan kalau ada demam berdarah dan gejala ruam pada tubuh, mual, nyeri sendi, dan mimisan agar dideteksi dengan NS1,” ujarnya.
Kompetensi Tenaga Kesehatan...
Langkah ketiga yang dilakukannya yakni meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan. Dalam hal ini pihak DKK Kudus sudah bekerja sama dengan RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah.
”Penambahan alat laboratorium, reagen, dan penegakan diagnosis DBD juga kami lakukan. Pada intinya, kegiatan promotif preventif dan kuratif serta rehabilitasi juga kami lakukan,” imbuhnya.
Editor: Supriyadi