Rabu, 19 November 2025

Rencananya pihak DKK Kudus bersama puskesmas hendak menggencarkan PSN ke sekolah. Hal ini berkaca dari kasus DBD di Kota Kretek kebanyakan diderita oleh anak-anak usia 5 tahun hingga 14 tahun. 

”Kami bersama puskesmas ada inovasi sekolah bebas nyamuk. kegiatan ini mendidik siswa agar menjadi agen pemantau jentik nyamuk di sekolah. Secara tidak langsung siswa akan memantau jentik-jentik nyamuk di rumahnya masing-masing,” terangnya. 

Terlebih, menurut dr Andini anak-anak di Kabupaten Kudus paling sering terjangkit DBD di tahun ini. Hal itu dikarenakan nyamuk Aedes Aegypti menggigit di waktu pagi hingga sore hari. 

”Nyamuk Aedes Aegypti ini terbang di jam-jam anak sedang bersekolah. Makanya nanti kami akan lakukan kegiatan PSN di sekolah,” ujarnya. 

Langkah kedua yang dilakukan oleh DKK Kudus yakni dengan cara skrining. Skrining dilakukan di puskesmas menggunakan alat tes demam berdarah NS1 Dengue. 

”Kami sudah memiliki alat deteksi dini DBD NS1. Alat tersebut sudah kami distribusikan ke rumah sakit dan puskesmas agar dapat dimanfaatkan untuk masyarakat secara gratis. Tujuannya ketika ada DBD bisa terdeteksi,” terangnya. 

Ia menyampaikan, alat deteksi dini DBD NS1 sudah tersedia di puskesmas dan rumah sakit sejak 2023 silam. Kemudian pada 2024 keseluruhan 19 puskesmas di Kabupaten Kudus dan rumah sakit telah tersedia alat ini. 

”Alat NS1 ini gratis. Kami selalu arahkan kalau ada demam berdarah dan gejala ruam pada tubuh, mual, nyeri sendi, dan mimisan agar dideteksi dengan NS1,” ujarnya.

Kompetensi Tenaga Kesehatan...

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler