Rabu, 19 November 2025

Murianews, KudusSedekah bumi di Desa Rahtawu, Kabupaten Kudus yang digelar Sabtu (18/5/2024) di Dukuh Wetan Kali menelan dana Rp 88 juta. Dana tersebut berasal dari iuran warga dan bantuan APBDes

Kepala Dusun Saneko (58) mengungkapkan, dana tersebut digunakan murni untuk melestarikan adat atau nguri-uri budaya. Apalagi, sebagai orang Jawa pihaknya tak bisa meninggalkan sedekah bumi.

”Banyak rangkaian acara yang membutuhkan dana lebih. Sebagai contoh seni Tayub. Itu wajib untuk rangkaian acara sedekah bumi,” ujar Saneko kepada Murianews.com, Sabtu (18/5/2024)

Saneko menyebutkan, dana yang didapat sebagian berasal dari iuran warga desa. Masing-masing KK diminta membayar Rp 35 ribu, sehingga terkumpul dana sebanyak Rp 35 Juta. Sementara, bantuan dari desa sebesar Rp 53 Juta.

Selain untuk nanggap Tayub, lanjutnya, dana tersebut kemudian digunakan untuk menyembeli kerbau dan membeli tumpeng untuk setiap punden. Totalnya ada tujuh tumpeng untuk tujuh punden.

”Kerbau kami beli Rp 27 Juta. Dimakan bersama-sama warga di balai desa. Sementara, tujuh tumpeng untuk tujuh punden senilai Rp 7,5 Juta,” ungkapnya.

Adapun prosesi acara sedekah bumi ini dilaksanakan pada pukul 11.30 WIB. Sedekah bumi ini dilaksanakan setiap Bulan Apit pada hari Sabtu Kliwon.

Sementara, sedekah bumi ini berbentuk makanan yang dibungkus menggunakan ancak dan celantik. Isi dari ancak dan celantik ini adalah makanan yang asli berasal dari Desa Rahtawu.

”Isinya macam-macam, hasil bumi asli Rahtawu. Ada pisang, lauk pauk, ketan dan ledo. Tidak ada aturan spesifik mengenai makanan. Intinya hasil bumi saja,” ujar Saneko.

Setelah makanan dibagikan kepada penduduk desa, kata dia, malam harinya baru akan dilaksanakan hiburan kesenian tayub, gong, ketoprak dan dangdut. Acara kesenian dan hiburan ini dilaksanakan selama satu hari satu malam.

Selaras dengan hal tersebut, Susanto (48), modin desa Rahtawu mengungkapkan bahwa sedekah bumi ini dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan Desa Rahtawu. Namun, tujuan utama sedekah bumi ini adalah untuk mensyukuri nikmat kepada Sang Pencipta.

”Tujuannya yang utama adalah untuk bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan Semesta alam untuk kami semua. Di sisi lain, kami juga sedang melestarikan kebudayaan desa kami,” ungkap Susanto.

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler