Rabu, 19 November 2025

Murianews, KudusBanjir yang melanda di Kabupaten Demak, Grobogan, Kudus, Pati, dan Jepara memunculkan perdebatan kembalinya Selat Muria.

Perdebatan itu makin kencang usai akun X bernama Sam Elqudsy mengunggah foto citra satelit di zona banjir 2024 dengan peta Selat Muria yang diduga menggambarkan pada abad ke-8 dan ke-16.

Benarkah Selat Muria Akan Hidup Kembali?,” katanya membuka diskusi, seperti dikutip Murianews.comJumat (22/3/2024).

Ia kemudian mengatakan dua kali banjir besar menghantam wilayah yang dulunya merupakan Selat Muria pada 2024 ini. Meski rutin menjadi langganan banjir, ia menyebut banjir yang terjadi 2024 ini diluar dugaan.

Postingan itu pun memicu perdebatan dan telah dilihat 2,6 juta kali serta mendapatkan ratusan komentar.

Menanggapi itu, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Invoasi Nasional (BRIN), Eko Soebowo menagtakan, banjir yang melanda di Demak, Kudus, Jepara, Pati, dan Grobogan tak berkaitan dengan kemunculan Selat Muria.

Ia menjelaskan, banjir yang terjadi murni karena pengaruh alam, yakni cuaca ekstrem yang melanda di wilayah yang terdampak banjir.

Akibat cuaca ekstrem itu, daerah aliran sungai (DAS) di wilayah tersebut tak mampu menampung volume air hujan yang tinggi. Tingginya sedimentasi di aliran sungai itu yang jadi penyebab daya tampung sungai berkurang.

Eko menjelaskan, sedimentasi di sungai dipicu dari pembabatan hutan dan perubahan tata guna lahan. Kemudian, pengambilan air tanah yang ugal-ugalan di kawasan pesisir pantai utara jawa (Pantura) juga membuat permukaan tanah turun 5-10 sentimeter per tahun.

Ia kemudian menjelaskan, banjir tak menyebabkan daratan menjadi selat. Namun, salah satu yang menyebabkan daratan jadi selat adalah naiknya permukaan laut.

Pihaknya pun menyarankan agar pemerintah melakukan pembenahan tata guna lahan serta memperbanyak zona resapan air. Selain itu, perlu juga mencegahan pengambilan air tanah yang berlebihan untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler