Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Baru-baru ini beredar video yang dinarasikan dengan munculnya gunung berapi secara tiba-tiba di Jawa Tengah usai gempa dan banjir yang terjadi.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Murianews.com, video yang beredar adalah hoaks.Video tersebut diketahui mengambil fenomena alam Bledug Kramesan.

Bledug Kramesan berjarak sekitar 3,4 km dari Bledug Kuwu, Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

Lokasi fenomena alam itu di Dusun Medang, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Menurut Kepala Desa Sendangrejo, Sugianto, Bledug Kramesan sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu.

Sementara itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangan persnya menjelaskan, Bledug Kramesan merupakan letupan lumpur dengan intesitas kecil.

Dari catatan Badan Geologi Bledug Kramesan sudah ada sejak lama. Bahkan, fenomena-fenomena itu kerap dijumpai dalam naskah kerajaan-kerajaan di Jawa.

Letupan lumpur yang berlangsung lama, kemudian membentuk sebuah gunungan. Gunungan itu diperkirakan memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan tanah.

Bledug Kramesan maupun Bledug Kuwu dan fenomena alam serupa merupakan material dari mud diapir yang lolos ke permukaan lewa rekahan maupun struktur sesar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya mud diapir antara lain, amblesan, kecepatan pengendapan, lapisan plastis, overpressure dan under-compacted, potensi hidrokarbon, produksi air diagenetic, tektonik kompresi dan gradient panas bumi.

Secara struktur geologi bledug terletak pada area yang tidak padat patahan dan kelurusan karena sifatnya yang plastis. Sehingga pada daerah mud diapir tidak terindikasi adanya kelurusan patahan, namun terdapat struktur geologi berupa antiklin dengan sumbu relatif barat daya - timur laut.

”Pengaruh kegempaan terhadap mud diapir dan mud volcano adalah adanya kemungkinan untuk terbukanya rekahan-rekahan yang dilewati oleh material lumpur,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM Muhammad Wafid.

Ia menjelaskan, dengan terbukanya rekahan-rekahan itu, material mud diapir akan bergerak naik dan ada penabahan debit material, namun dengan adanya kompresi serta tekanan tektonik di area tersebut akan terjadi titik kesetimbangan seperti pada saat sebelum momen kegempaan terjadi.

”Berdasarkan data-data tersebut, fenomena terjadinya Bledug Kramesan di daerah Grobogan tersebut bukanlah suatu fenomena yang luar biasa. Apalagi tidak jauh dari Bledug Kramesan terdapat Bledug Kuwu yang secara umum sudah diketahui oleh publik sebagai fenomena mud volcano (gunung lumpur) yang sudah berlangsung selama puluhan tahun,” katanya.

Sementara, terkait meningkatnya semburan lumpur usai gempa Bawean, Jawa Timur pada 22 Maret 2024 dengan kekuatan 6,5 SR diduga menyebabkan beberapa hal. Yakni:

  • Sistem migrasi hidrokarbon maupun lumpur menjadi lebih aktif karena adanya bukaan berupa rekahan maupun patahan sebagai akibat adanya gempa dangkal ini;
  • Gejolak lumpur di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan menemukan jalannya untuk keluar melewati rekahan yg terbentuk akibat gempa tersebut.

Badan Geologi mengimbau masyarakat sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan untuk tak panik dan tidak percaya dengan berita-berita yang tak jelas dasar keilmuannya, sehingga dapat memberikan penafsiran yang beraneka macam.

”Badan Geologi akan terus memonitor perkembangan fenomena alam ini,” jelas Wafid.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler