Sumarno dan Sukarti diketahui merupakan penjual pentol bakso keliling di Rembang. Perjuangan warga Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang itu tidaklah mudah.
Ia telah 27 tahun menyisihkan hasil jualannya untuk berhaji. Selama mengumpulkan biaya haji, banyak tantangan yang dihadapinya.
Sebelum berjualan pentol bakso, pasangan suami istri itu merupakan buruh tani. Untuk mencukupi kebutuhannya pun, mereka kesulitan.
”Bahkan pada tahun 1990-an pernah mengalami sakit parah selama bertahun-tahun,” ucap Sumarno di Rembang seperti dikutip dari laman resmi Kemenag RI, Selasa (6/5/2025).
Ia menceritakan, kala itu orang tersebut menawarinya untuk berjualan pentol bakso. Bahkan, ia diajari cara membuatnya.
”Tahun 1997, ada orang Blora jualan mi rebus. Katanya lebih enak kalau dimakan sama pentol bakso. Kalau mau jualan sini saya ajari buatnya,” kenangnya.
Murianews, Rembang – Sumarno Dirjo Romentu segera mewujudkan mimpinya ziarah ke makam Nabi Muhammad. Ia bersama istrinya, Sukarti bakal berangkat haji tahun ini.
Sumarno dan Sukarti diketahui merupakan penjual pentol bakso keliling di Rembang. Perjuangan warga Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang itu tidaklah mudah.
Ia telah 27 tahun menyisihkan hasil jualannya untuk berhaji. Selama mengumpulkan biaya haji, banyak tantangan yang dihadapinya.
Sebelum berjualan pentol bakso, pasangan suami istri itu merupakan buruh tani. Untuk mencukupi kebutuhannya pun, mereka kesulitan.
”Bahkan pada tahun 1990-an pernah mengalami sakit parah selama bertahun-tahun,” ucap Sumarno di Rembang seperti dikutip dari laman resmi Kemenag RI, Selasa (6/5/2025).
Setelah sakit parah itu, ada warga Blora yang berjualan mi rebus di depan rumahnya pada 1997 silam. Pertemuan itu menjadi titik perubahan nasib Sumarno.
Ia menceritakan, kala itu orang tersebut menawarinya untuk berjualan pentol bakso. Bahkan, ia diajari cara membuatnya.
”Tahun 1997, ada orang Blora jualan mi rebus. Katanya lebih enak kalau dimakan sama pentol bakso. Kalau mau jualan sini saya ajari buatnya,” kenangnya.
Awal Jualan...
Tawaran itu pun diterimanya, dan Sumarno mulai belajar membuat pentol bakso. Setelah dirasa mampu dan dapat membuat sendiri, Sumarno memulai jualan dengan bahan awal 3 kg.
Sumarno kemudian berjualan pentol bakso keliling di sekitar Desa Pasedan. Setahun kemudian, istrinya pun ikut berjualan pentol bakso dengan berkeliling desa.
Sumarno mengendarai sepeda motor dan istri naik sepeda ontel sampe sekarang. Setiap hari Sumarno mampu membuat 20-25 pentol bakso.
Dagangannya tidak pernah tersisa. Selalu habis terjual.
Keinginannya untuk berhaji sendiri berawal dari mimpinya berziarah ke makam Nabi Muhammad. Saat itu, ia bermimpi henda masuk ke makam Nabi Muhammad.
Dalam mimpinnya, ia justru dilarang sang penjaga. Sang penjaga itu menyebut, belum saatnya.
”Saya bisa berangkat haji mungkin karena dulu pernah bermimpi ziarah ke makam Rasulullah. Lalu penjaga bilang belum saatnya," kata Sumarno.
Termotivasi...
Dari mimpinya itu, ia kemudian termotivasi untuk beribadah haji. Ia pun selalu menyisihkan uang untuk mendaftar haji.
Akhirnya uang terkumpul. Sumarno dan istri mendaftar haji pada tahun 2012, namun karena pandemi, keberangkatannya tertunda.
Akhirnya bisa berangkat tahun 2025 dalam kloter 55 dan dijadwalkan berangkat pada tanggal 17 Mei 2025.
Sumarno berpesan untuk selalu berselawat dan sedekah dalam segala aktivitas agar hidup menjadi berkah. Nantinya setelah pulang dari haji, Sumarno dan istri tetap mau berjualan pentol bakso keliling.