Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Para petani di tiga desa di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, rela merogoh saku sendiri untuk mengeruk atau menormalisasi sungai JU 3D yang melintasi areal persawahan di tiga desa tersebut. Adapun tiga desa itu ialah Desa Berugenjang, Lambangan dan Wonosoco.

Alasannya, mereka tidak sabar menunggu realisasi janji pemerintah yang akan melakukan normalisasi sungai upaya pencegahan banjir di wilayah tersebut. Mengingat empat tahun ini, pertanian mereka selalu gagal karena sawah selalu tergenang banjir.

Sungai JU 3D memang kini tengah terjadi pendangkalan parah. Tanggul sungai yang berfungsi untuk menahan debit air juga telah habis. Hal ini menyebabkan permukaan sungai dan area persawahan hampir rata.

Kepala Desa Berugenjang Kecamatan Undaan Kiswo mengatakan hal tersebut, Selasa (12/9/2023). Dia mengatakan, normalisasi swadaya itu telah dilakukan sejak Senin (11/9/2023) kemarin di mana satu orang petani harus membayar iuran sebesar Rp 300 ribu.

”Normalisasinya masih berjalan karena cukup panjang yang harus dinormalisasi,” katanya, Selasa (12/9/2023).

Dari pemerintah desa dan para petani sendiri sejatinya telah mengajukan usulan untuk pelaksanaan normalisasi. Namun memang belum ada respon dari pemangku kepentingan di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus.

”Kalau usulannya sudah kami lakukan sejak setahun lalu,” pungkasnya.

Senada, Kepala Desa Wonosoco Setyo Budi juga mengaku telah berkali-kali mengusulkan normalisasi tersebut bahkan sejak tahun 2019 silam. Namun hingga saat ini, usulan tersebut belum juga terealisasi.

”Saat Bupati mengunjungi perawatan Kali Londo beberapa waktu lalu juga kami sampaikan lagi, di sini ada 40 bahu sawah yang selalu tergenang, akhirnya ya pada tidak mau (ditanam) karena takut gagal panen terus,” terangnya.

Sebelumnya, sebuah video berdurasi tiga menit berisikan cuitan para petani di Kudus yang harus patungan untuk mendatangkan alat berat untuk menormalisasi sungai di wilayahnya viral di sejumlah media sosial.

Dalam video tersebut tampak terdengar para petani mengeluh karena harus patungan mendatangkan alat berat guna menormalisasi sungai di wilahnya agar sawah di sekitar sungai tidak terendam banjir jika musim hujan tiba.

Editor: Ali Muntoha

Komentar

Terpopuler