Dari tahun ke tahun, pondok pesantren makin ramai berdiri. Sebanding juga dengan makin ramainya santri-santri yang masuk dan belajar ilmu Agama di sini. Pondok Pesantren Salaf, Khalaf, Kombinasi, hingga Modern, semua tersedia di berbagai penjuru, Kota Empat Negeri.
Maka kemudian tak salah, jika Kudus juga kini menyandang predikat julukan sebagai Kota Santri. Karena nyatanya, ratusan ribu siswa datang dari banyak penjuru negeri untuk belajar agama di sini.
Pemerintah daerah pun mulai melirik hal ini. Maraknya pondok pesantren perlu diawasi agar mutu dan kualitas pendidikannya tetap terjaga dan tak asal ngaji. Pemkab, kemudian mengelurakan program bernama Sambang Santri.
Adalah Pj Bupati Kudus HM Hasan Chabibie yang mulai menginisiasi program ini. Program yang tujuan awalnya adalah untuk memantau kualitas pendidikan, nyatanya mulai berkembang dengan tujuan-tujuan lainnya.
”Pesantren di Kudus ini luar biasa besar potensinya, dengan tradisi ratusan tahun yang sudah mengakar. Jadi, DNA warga Kudus ini kan Pendidikan pesantren yang sudah menjadi filosofi kehidupan,” kata Hasan.
Rutin dua pekan sekali dilaksanakan, Pj Bupati Hasan mulai menemukan hal-hal baru yang nyatanya juga harus diperhatikan. Sepanjang perjalanannya di hampir sepuluhan pesantren, Pj Bupati Hasan menemukan hal baru yang juga perlu uluran tangan pemerintah daerah.
Murianews, Kudus – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, merupakan sebuah kota kecil yang besar akan budaya religinya. Kokohnya Menara Kudus dan tersohornya dua makam Sunan Walisongo membuat kabupaten dengan luasan 425,2 km² menjadi jujugan santri-santri yang ingin belajar mengaji.
Dari tahun ke tahun, pondok pesantren makin ramai berdiri. Sebanding juga dengan makin ramainya santri-santri yang masuk dan belajar ilmu Agama di sini. Pondok Pesantren Salaf, Khalaf, Kombinasi, hingga Modern, semua tersedia di berbagai penjuru, Kota Empat Negeri.
Maka kemudian tak salah, jika Kudus juga kini menyandang predikat julukan sebagai Kota Santri. Karena nyatanya, ratusan ribu siswa datang dari banyak penjuru negeri untuk belajar agama di sini.
Pemerintah daerah pun mulai melirik hal ini. Maraknya pondok pesantren perlu diawasi agar mutu dan kualitas pendidikannya tetap terjaga dan tak asal ngaji. Pemkab, kemudian mengelurakan program bernama Sambang Santri.
Adalah Pj Bupati Kudus HM Hasan Chabibie yang mulai menginisiasi program ini. Program yang tujuan awalnya adalah untuk memantau kualitas pendidikan, nyatanya mulai berkembang dengan tujuan-tujuan lainnya.
”Pesantren di Kudus ini luar biasa besar potensinya, dengan tradisi ratusan tahun yang sudah mengakar. Jadi, DNA warga Kudus ini kan Pendidikan pesantren yang sudah menjadi filosofi kehidupan,” kata Hasan.
Rutin dua pekan sekali dilaksanakan, Pj Bupati Hasan mulai menemukan hal-hal baru yang nyatanya juga harus diperhatikan. Sepanjang perjalanannya di hampir sepuluhan pesantren, Pj Bupati Hasan menemukan hal baru yang juga perlu uluran tangan pemerintah daerah.
Mulai dari Ponpes Elfath El-Islam, Ponpes Putri Duta Aswaja, Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an, Pondok Pesantren MUS-YQ Kudus, Ponpes Al-Qaumaniyah, PP Darul Falah Jekulo dan Ponpes Qudsiyyah Putri.
Seiring berjalannya waktu, Hasan dan Pemkab Kudus tak sekedar memantau pendidikan saja, namun juga membentuk sumber daya pesantren yang penuh kemandirian dan kemajuan.
”Nah, selain program-program strategis yang sudah diinisiasi Pemkab Kudus, kami ingin Pendidikan pesantren di Kudus menjadi lebih baik lagi. Ini bisa menjadi institusi yang menginternasional, saya yakin itu,” ucap Hasan baru-baru ini.
Motivasi-motivasi pun disampaikan. Dengan harapan para santri kemudian bisa memaknai dan mengilhami jika mereka bukanlah anak-anak sampingan karena tak belajar di lingungan formal.
Melainkan adalah sebuah permata yang kemudian perlu sedikit tempaan untuk bisa bersinar dimanapun mereka diperlihatkan.
Pj Bupati Hasan yang juga merupakan seorang santri acap kali membagikan pengalamannya tentang bagaimana seorang santri seperti dirinya bisa ngelurug dan bekerja di Kementerian.
Kiat-kiat sukses pun dibagikan. Kiat-kiat bagaimana menjadi santri yang berkompeten dan menjadi santi yang memiliki pandangan berkemajuan juga disampaikan. Dengan harapan, ini bisa diilhami oleh para santri.
”Kami ingin santri bisa melebihi pencapaian saya. Karena di masa kini, segala pengetahuan sudah mudah dan tersedia untuk diakses masing-masing santri,” lanjut dia.
Dialog-dialog interaktif pun ikut terbangun di sela-sela peningkatan kompetensi. Tak hanya sekedar memberi motivasi, curhatan-curhatan santri masa kini pun juga didengar oleh Pj Bupati.
Ada yang meminta saran, ada yang meminta peranti belajar. Jika bisa diwujudkan langsung oleh Hasan Chabibie, maka tentu akan diberikan. Apalagi dalam menjalankan program ini, Pemkab Kudus berkolaborasi dengan Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas Kudus.
”Banyak yang memang meminta untuk pemenuhan sarana prasarana pembelajaran. Namun ada juga yang meminta beasiswa dan juga tunjangan pendidika. Kami pun memberitahu mereka jika Baznas dan Pemkab Kudus punya banyak program yang bisa santri manfaatkan,” lanjut Hasan.
Pj Bupati Hasan juga kerap menekankan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para santri setelah belajar dan menghafal Alquran.
Pertama, beliau berharap para santri menjadi pribadi yang berkhidmat. Senantiasa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. emudian yang kedua, beliau menekankan pentingnya kemampuan public speaking yang baik.
Hasan juga menekankan pentingnya memperluas jaringan pertemanan atau networking, karena networking yang luas akan membuka banyak peluang bagi masa depan para santri.
”Ini akan memudahkan para santri dalam berinteraksi dan menyampaikan pesan-pesan positif kepada orang lain,” sambungnya.
Dalam dialog interaktif juga, kemudian diketahui permasalahan-permasalahan lainnya yang sedang dihadapi oleh pondok pesantren. Utamanya yang berkaitan dengan para Kiai pengasuh pondok.
Hasan menyebutkan banyak dari mereka rentan dalam hal kesehatan karena faktor usia. Meski begitu mereka terus semangat membagikan ilmu agamanya. Mendidik para santri yang kemudian diharapkan bisa menjadi penerus negeri.
Hasan pun mengaku khawatir dengan kondisi ini, meski secara alamiah, memang begini kehidupan pondok pesantren.
Tak perlu pikir panjang, Hasan kemudian menggandeng pihak Rumah Sakit Umum Daera atau RSUD dr Loekmono Hadi Kudus untuk melakukan pengecekan pada kesehatan para kiai.
Sebulan sekali mereka diberikan fasilitas untuk medical check up di rumah sakit ber-plat merah itu. Besar harapan Hasan, kesehatan para Kiai pengasuh pondok bisa terpantau.
”Kami ingin menjamin jika para Kiai dalam kondisi yang sehat ketika mengajar dan mengasuh para santri. Mereka adalah guru-guru kita, merekalah yang memberikan ilmu pada kita, sehingga sudah sepatutnya mereka diperhatikan kesehatan dan kesejahteraannya,” lanjutnya.
Berkat hal inilah Hasan kemudian kerap diminta untuk menjadi Bupati di Kudus saja. Para Kiai mengaku merindukan pemimpin yang dekat dengan pondok pesantren.
Meski begitu, Hasan tetap fokus pada tugasnya yang kini diemban. Yakni menjadi Pj Bupati Kudus. Selama jabatan tersebut diemban, Ia akan berupaya memajukan Kabupaten Kudus dari berbagai lini.
Termasuk di antaranya adalah di lini pendidikan informal khususnya pondok pesantren.
”Santri pesantren punya fondasi berpikir yang kuat, juga daya tahan survival dan mentalitas yang bagus. Ini modal besar untuk menjemput kesuksesan pada masa kini dan mendatang, sehingga perlu ditingkatkan,” ungkapnya.
Salah satu kiai dan ulama dari Kudus Habib Umar bin Ahmad Al Muthohar pun sempat diajak mengikuti sambang santri bersama Pj Bupati Kudus di Pondok Tahfidh Putri Yanbu`ul Quran 2 Muria.
Ia pun kagum dengan program dari Pj Bupati Kudus ini dan ikut menekankan pentingnya menghargai setiap momen kehidupan sehari-hari di pondok pesantren.
Ia mengajak para santri untuk mengurangi penggunaan gadget dan lebih fokus pada kegiatan yang mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.