Senin, 28 April 2025

Murianews, Kudus – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, merupakan sebuah kota kecil yang besar akan budaya religinya. Kokohnya Menara Kudus dan tersohornya dua makam Sunan Walisongo membuat kabupaten dengan luasan 425,2 km² menjadi jujugan santri-santri yang ingin belajar mengaji.

Dari tahun ke tahun, pondok pesantren makin ramai berdiri. Sebanding juga dengan makin ramainya santri-santri yang masuk dan belajar ilmu Agama di sini. Pondok Pesantren Salaf, Khalaf, Kombinasi, hingga Modern, semua tersedia di berbagai penjuru, Kota Empat Negeri.

Maka kemudian tak salah, jika Kudus juga kini menyandang predikat julukan sebagai Kota Santri. Karena nyatanya, ratusan ribu siswa datang dari banyak penjuru negeri untuk belajar agama di sini.

Pemerintah daerah pun mulai melirik hal ini. Maraknya pondok pesantren perlu diawasi agar mutu dan kualitas pendidikannya tetap terjaga dan tak asal ngaji. Pemkab, kemudian mengelurakan program bernama Sambang Santri.

Adalah Pj Bupati Kudus HM Hasan Chabibie yang mulai menginisiasi program ini. Program yang tujuan awalnya adalah untuk memantau kualitas pendidikan, nyatanya mulai berkembang dengan tujuan-tujuan lainnya.

”Pesantren di Kudus ini luar biasa besar potensinya, dengan tradisi ratusan tahun yang sudah mengakar. Jadi, DNA warga Kudus ini kan Pendidikan pesantren yang sudah menjadi filosofi kehidupan,” kata Hasan.

Rutin dua pekan sekali dilaksanakan, Pj Bupati Hasan mulai menemukan hal-hal baru yang nyatanya juga harus diperhatikan. Sepanjang perjalanannya di hampir sepuluhan pesantren, Pj Bupati Hasan menemukan hal baru yang juga perlu uluran tangan pemerintah daerah.

  • 1
  • 2

Komentar

Berita Terkini