Situasi kembali memanas ketika pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif menjadi 125%, di tengah penundaan tarif balasan terhadap negara lain.
Puncaknya, pada Kamis (11/4/2025), Trump kembali merevisi tarif impor ke China menjadi 145%, dan tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan lebih lanjut.
Eskalasi perang tarif ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi di AS. Lembaga keuangan terkemuka seperti Goldman Sachs memperkirakan probabilitas resesi mencapai 65%, sementara JP Morgan memberikan angka 60%.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Lukman memperkirakan kurs rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.700 hingga Rp 16.900 per dolar AS
Murianews, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sedikit menguat Jumat (11/4/2025) hari ini.
Pada pembukaan perdagangan Jumat pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah tercatat menguat tipis sebesar 18 poin atau 0,11% ke level Rp 16.805 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.823 per dolar AS.
Penguatan tipis ini melanjutkan tren positif yang terlihat sejak sesi perdagangan sebelumnya, di mana rupiah berhasil menunjukkan ketahanannya.
Meskipun demikian, kenaikan kali ini tergolong moderat dan menunjukkan bahwa tekanan terhadap mata uang Garuda masih relatif besar.
Dilansir dari Antara, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memprediksi nilai tukar rupiah berpotensi mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Proyeksi ini didasarkan pada pelemahan signifikan mata uang Paman Sam yang tertekan hingga mencapai level terendahnya sejak Juli 2023.
Menurut Lukman, kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi di AS menjadi faktor utama pelemahan dolar. Eskalasi perang dagang antara AS dan China, yang ditandai dengan peningkatan tarif impor secara agresif, memicu kekhawatiran ini.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah menaikkan tarif impor terhadap produk China menjadi 104%, yang kemudian dibalas oleh Presiden China Xi Jinping dengan tarif impor 84% untuk produk AS.
Memanas kembali...
Situasi kembali memanas ketika pada Rabu (10/4/2025), AS kembali menaikkan tarif menjadi 125%, di tengah penundaan tarif balasan terhadap negara lain.
Puncaknya, pada Kamis (11/4/2025), Trump kembali merevisi tarif impor ke China menjadi 145%, dan tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan lebih lanjut.
Eskalasi perang tarif ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi di AS. Lembaga keuangan terkemuka seperti Goldman Sachs memperkirakan probabilitas resesi mencapai 65%, sementara JP Morgan memberikan angka 60%.
”Namun, penguatan (rupiah) diperkirakan akan terbatas di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas,” jelas Lukman.
Sentimen risk off ini cenderung membuat investor mencari aset yang lebih aman, yang berpotensi menahan laju penguatan rupiah.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Lukman memperkirakan kurs rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.700 hingga Rp 16.900 per dolar AS