Pasien yang seharusnya pulang pada dua hari tersebut sering menunda kepulangan mereka hingga malam hari dan kemudian menyebabkan Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian bed rumah sakit sedikit terganggu.
Hakam menjelaskan, banyak pasien dan keluarga yang merasa khawatir pasien akan cepat sakit kembali lagi jika pulang dari rumah sakit pada hari Selasa atau Sabtu.
”Banyak pasien takut kembali lagi. Jadi, kalau jadwal pulang jatuh pada hari Selasa dan Sabtu, mereka biasanya menunggu sampai lewat waktu Maghrib, karena itu sudah lewat hari,” ujar Hakam.
Belakangan, sambung dia, dampak dari penundaan kepulangan ini terasa pada manajemen tempat tidur rumah sakit. Penundaan waktu pulang tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kemampuan rumah sakit dalam menerima pasien baru, terutama di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
”Berpengaruhnya pada BOR rumah sakit, perputaran tempat tidurnya jadi terganggu. Akibatnya, banyak pasien baru yang harus menunggu di IGD karena tempat tidur (pasien lama) baru bisa digunakan setelah pasien tersebut benar-benar pulang,” tambah Hakam.
Murianews, Kudus – Kepercayaan pasien terhadap mitos pulang di hari sial yakni pada Selasa dan Sabtu, ternyata cukup membuat repot Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Loekmono Hadi Kudus.
Pasien yang seharusnya pulang pada dua hari tersebut sering menunda kepulangan mereka hingga malam hari dan kemudian menyebabkan Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian bed rumah sakit sedikit terganggu.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Direktur RSUD Loekmono Hadi dr Abdul Hakam, pada Senin (3/11/2025).
Hakam menjelaskan, banyak pasien dan keluarga yang merasa khawatir pasien akan cepat sakit kembali lagi jika pulang dari rumah sakit pada hari Selasa atau Sabtu.
”Banyak pasien takut kembali lagi. Jadi, kalau jadwal pulang jatuh pada hari Selasa dan Sabtu, mereka biasanya menunggu sampai lewat waktu Maghrib, karena itu sudah lewat hari,” ujar Hakam.
Belakangan, sambung dia, dampak dari penundaan kepulangan ini terasa pada manajemen tempat tidur rumah sakit. Penundaan waktu pulang tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kemampuan rumah sakit dalam menerima pasien baru, terutama di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
”Berpengaruhnya pada BOR rumah sakit, perputaran tempat tidurnya jadi terganggu. Akibatnya, banyak pasien baru yang harus menunggu di IGD karena tempat tidur (pasien lama) baru bisa digunakan setelah pasien tersebut benar-benar pulang,” tambah Hakam.
Atasi mitos...
Untuk mengatasi masalah mitos tersebut, sambung Hakam, RSUD Loekmono Hadi Kudus bahkan memberikan fasilitas pengantaran gratis bagi pasien yang bersedia pulang lebih awal di hari Selasa dan Sabtu.
”Kami sampai menyiapkan ambluance gratis untuk kepulangan pasien. Pasien yang mau pulang sebelum Maghrib, tidak dikenakan biaya apapun. Tapi kalau habis Maghrib ya bayar sudah,” tuturnya.
Saat ini sendiri Hakam mengatakan tingkat keterisian RSUD Loekmono Hadi Kudus kerap mencapai 85 persen. Meski tampak masih ada sisa tempat tidur sebesar 15 persen, namun peruntukannya tidak untuk sembarang pasien.
Fenomena ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Dimana pihak rumah sakit seolah memiliki banyak kamar kosong, padahal kapasitas ruangan umum sudah penuh.
”Karena ada ruangan yang khusus pasien-pasien tertentu, seperti Ruang Melati yang untuk TBC, ruang bersalin, ICU, PICU dan NICU, yang pergerakan pasiennya sangat terbatas,” tutupnya.