Menkes: Banyak Calon Dokter Spesialis Ingin Bunuh Diri
Budi Santoso
Kamis, 15 Agustus 2024 22:52:00
Murianews, Jakarta – Pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin berkait dengan keberadaan calon dokter spesialis di Indonesia. Mereka diketahui banyak yang ingin melakukan aksi bunuh diri.
Budi Gunadi Sadikin, terutama menyebut mereka yang mengikuti PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis), mengalami tekanan mental. Sehingga banyak yang ingin melakukan bunuh diri.
"Kita juga pernah kan melakukan screening mental terhadap para PPDS ini dan banyak kan memang yang ingin bunuh diri. Jadi, ini sudah fenomena yang besar yang terjadi," ungkap Menkes di Istana Wapres, Jakarta, dilansir Antara, Kamis (15/8/2024).
Tekanan mental bagi para calon dokter spesialis tersebut menurut Menkes terjadi karena adanya aksi perundungan. Pernyataan ini disampaikan Menkes, merespon kasus bunuh diri salah satu calon dokter spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang.
Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang meninggal dunia diduga bunuh diri di tempat indekosnya. Kejadian ini berlangsung di Kos Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Korban berinisial AR ditemukan pada Senin (12/8/2024) lalu, diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan. Oleh karena itu, Menkes meminta semua pihak agar menghentikan praktik perundungan.
Termasuk perundungan yang terjadi pada profesi dokter. Menurutnya, perundungan dapat mengakibatkan hidup seseorang jadi tertekan.
Selanjutnya Menkes membandingkan kasus perundungan ini dengan yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Menurutnya, kasus di IPDN lebih kepada tekanan fisik, sedangkan yang dialami peserta PPDS lebih kepada tekanan mental.
"Teman-teman dengar IPDN kan? Dulu ada yang sampai meninggal kan? Terjadi di sana kan? Ya ini mirip. Kalau disana mungkin lebih ke tekanan fisik, ini ke tekanan mental," kata Menkes.
Menkes mengatakan masih banyak cara yang jauh lebih baik dalam mendidik untuk menciptakan tenaga kerja yang Tangguh. Hal itu bisa dilakukan dengan tanpa harus melakukan perundungan.
"Jadi, kita kan banyak profesornya nih, banyak guru besarnya. Harusnya banyak kok cara-cara mendidik untuk menciptakan manusia-manusia tangguh, bukan hanya kedokteran di TNI, di Polri, Pilot ada banyak profesi yang diminta memiliki ketangguhan mental yang berbeda tanpa buli, tanpa menyebabkan orang depresi, tanpa menyebabkan orang ke-trigger untuk bunuh diri," ucap Menkes.
Sementara itu, dalam perkembangan terkini, Kemenkes telah menggandeng Polri untuk mengusut kasus bunuh diri yang terjadi di Semarang itu. Kasus ini diharapkan bisa diusut tuntas, sehingga bisa dilakukan perbaikan.
"Kita kali ini sedang mengirim audit karena ini sudah ada kematian, juga kita juga bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk melakukan pemeriksaan terhadap dokter yang bunuh diri ini," kata Menkes.
Murianews, Jakarta – Pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin berkait dengan keberadaan calon dokter spesialis di Indonesia. Mereka diketahui banyak yang ingin melakukan aksi bunuh diri.
Budi Gunadi Sadikin, terutama menyebut mereka yang mengikuti PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis), mengalami tekanan mental. Sehingga banyak yang ingin melakukan bunuh diri.
"Kita juga pernah kan melakukan screening mental terhadap para PPDS ini dan banyak kan memang yang ingin bunuh diri. Jadi, ini sudah fenomena yang besar yang terjadi," ungkap Menkes di Istana Wapres, Jakarta, dilansir Antara, Kamis (15/8/2024).
Tekanan mental bagi para calon dokter spesialis tersebut menurut Menkes terjadi karena adanya aksi perundungan. Pernyataan ini disampaikan Menkes, merespon kasus bunuh diri salah satu calon dokter spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang.
Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang meninggal dunia diduga bunuh diri di tempat indekosnya. Kejadian ini berlangsung di Kos Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Korban berinisial AR ditemukan pada Senin (12/8/2024) lalu, diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan. Oleh karena itu, Menkes meminta semua pihak agar menghentikan praktik perundungan.
Termasuk perundungan yang terjadi pada profesi dokter. Menurutnya, perundungan dapat mengakibatkan hidup seseorang jadi tertekan.
Selanjutnya Menkes membandingkan kasus perundungan ini dengan yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Menurutnya, kasus di IPDN lebih kepada tekanan fisik, sedangkan yang dialami peserta PPDS lebih kepada tekanan mental.
"Teman-teman dengar IPDN kan? Dulu ada yang sampai meninggal kan? Terjadi di sana kan? Ya ini mirip. Kalau disana mungkin lebih ke tekanan fisik, ini ke tekanan mental," kata Menkes.
Menkes mengatakan masih banyak cara yang jauh lebih baik dalam mendidik untuk menciptakan tenaga kerja yang Tangguh. Hal itu bisa dilakukan dengan tanpa harus melakukan perundungan.
"Jadi, kita kan banyak profesornya nih, banyak guru besarnya. Harusnya banyak kok cara-cara mendidik untuk menciptakan manusia-manusia tangguh, bukan hanya kedokteran di TNI, di Polri, Pilot ada banyak profesi yang diminta memiliki ketangguhan mental yang berbeda tanpa buli, tanpa menyebabkan orang depresi, tanpa menyebabkan orang ke-trigger untuk bunuh diri," ucap Menkes.
Sementara itu, dalam perkembangan terkini, Kemenkes telah menggandeng Polri untuk mengusut kasus bunuh diri yang terjadi di Semarang itu. Kasus ini diharapkan bisa diusut tuntas, sehingga bisa dilakukan perbaikan.
"Kita kali ini sedang mengirim audit karena ini sudah ada kematian, juga kita juga bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk melakukan pemeriksaan terhadap dokter yang bunuh diri ini," kata Menkes.