Rabu, 19 November 2025

Murianews, PatiSuluk Maleman edisi ke-156 pada Sabtu (21/12/2024) kembali memberikan ruang refleksi kemanusiaan yang mendalam. Dengan tema “Masih Manusiakah Kita?”, masyarakat diingatkan untuk tetap menjadi manusia ditengah kian carut marutnya peradaban.

Serbuan media sosial dan dunia digital kerapkali memiliki dampak negatif bila tak disikapi dengan baik. Peradaban yang semakin terhubung dan tanpa batas seringkali membuat orang terlupa akan sisi kemanusiaannya.

Dalam media sosial masyarakat kian mudah dibentur-benturkan. Bahkan tak jarang medsos dapat mengubah pola pikir. Tanpa diimbangi refleksi dan perenungan tentu sisi kemanusian seseorang akan menjadi mudah luntur.

“Dalam perubahan seperti ini masihkah ada ruang untuk merenung: apakah kita masih tetap manusia, atau sekadar alat produksi serta manipulasi global untuk kepentingan tertentu tanpa kita sadari,” ujar Anis Sholeh Baasyin, penggagas Suluk Maleman.

Anis menyebut, dalam Islam sendiri jelas mengajarkan shalat lima waktu sebagai ruang reflektif. Dia juga mengajak manusia untuk selalu mengingat kepada Allah.

“Karena siapa yang lupa pada Allah, maka akan dibuat lupa pula pada dirinya. Manusia yang tidak menggunakan hati untuk memahami, mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar itu lebih buruk dari ternak,” tambahnya di Suluk Maleman.

Dia menyebut, ternak merupakan binatang yang direkayasa sedemikian rupa agar menurut pada tuannya. Rekayasa yang akan menggerus kesadaran yang murninya yang merupakan akar bagi kedaulatannya.

“Dengan kesadaran murni sebagai manusia pun dalam keterhubungan dengan Allah, sumber asalnya; maka manusia tak akan pernah mudah terombang-ambingkan oleh apa-apapun termasuk bias kognitif dan banjir informasi di era medsos seperti sekarang,” imbuhnya.

Suluk Maleman...

Komentar

Terpopuler