Rais Aam PBNU Ajak Warga Bersabar Sikapi Tahun Politik
Cholis Anwar
Senin, 18 September 2023 12:10:00
Murianews, Jakarta – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, menyampaikan pandangannya tentang tahun politik saat berbicara di Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama tahun 1445 H/2023 M.
Kiai Miftach berfokus pada pertanyaan mengenai urgensi sikap NU terkait bakal calon presiden (capres) meskipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum menetapkan pasangan capres dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Awalnya, Kiai Miftach mengindikasikan bahwa NU mungkin sedang menunggu arahan terkait tahun politik ini. Ia bahkan mengajukan pertanyaan apakah instruksi khusus menghadapi tahun politik tersebut perlu disampaikan atau tidak.
”Sepertinya ada yang dinanti, instruksi menghadapi tahun politik. Kira-kira disampaikan ndak ya?” ujar Kiai Miftach di Ponpes Al Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (18/9/2023).
Kiai Miftach selanjutnya menyebutkan bahwa saat ini KPU masih dalam proses menentukan siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berpartisipasi dalam Pilpres 2024. Oleh karena itu, ia mengajak warga NU untuk bersabar dalam menghadapi situasi politik yang masih belum pasti.
”KPU belum menetapkan calon-calonnya. Kenapa kita tergesa-gesa? Saya kira bisa disimpan dulu masalah ini, sabar,” kata beliau.
Dalam konteks yang lebih luas, Kiai Miftach menyampaikan bahwa Munas dan Konbes NU adalah bukti bahwa PBNU terus aktif dan berupaya untuk memperbaiki kekurangan dalam rangka mendampingi umat dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Pihaknya juga menyoroti pentingnya pemahaman dan kesadaran akan identitas NU, khususnya di abad ke-2 ini.
”Perayaan Munas dan Konbes ini merupakan bukti kehidupan PBNU. Ini juga merupakan upaya PBNU dalam memperbaiki apa yang dibutuhkan untuk mendampingi umat mencapai masa depan yang lebih baik,” tambah Kiai Miftach.
Pihaknya juga mengajak warga NU untuk selalu waspada, terlebih usia NU sudah seabad.
”Kewaspadaan yang dulu begitu kuat, kini semakin menurun. Ini adalah sesuatu yang wajar dalam sunnatullah agama bahwa setiap satu abad, pembaruan dan penyegaran akan datang,” tegasnya.



