Lulusan jurusan peternakan Universitas Islam Malang ini menerapkan ilmu yang diperolehnya untuk memperbaiki manajemen pakan sapi, sehingga kualitas susu yang dihasilkan meningkat.
”Saya senang bisa menjadi contoh bagi peternak muda lainnya dan suka berbagi pengalaman tentang manajemen peternakan sapi,” ujar Widi.
Pada awalnya, Widi hanya membantu membersihkan kandang dan memberi makan sapi. Namun, ia menyadari bahwa jika pakan dan minuman diberikan seadanya, produksi susu akan rendah dan kualitasnya kurang baik.
Dengan pendekatan ilmiah, Widi mengembangkan metode pemberian pakan yang lebih terukur, seperti menyesuaikan jumlah pakan dengan bobot sapi dan menambahkan konsentrat ke dalam rumput.
Ia juga lebih mengutamakan rumput odot, yang memiliki kandungan air lebih sedikit tetapi lebih mengenyangkan bagi sapi.
”Dulu pakan sapi hanya diberikan dua kali sehari dan produksinya sekitar 15 liter per ekor. Setelah pakan diperbaiki, produksinya bisa meningkat menjadi 20-25 liter per ekor,” jelasnya.
Murianews, Malang – Minat anak muda terhadap peternakan sapi perah di Jawa Timur terus meningkat. Hal ini terlihat dari tren generasi milenial yang mulai terjun ke sektor peternakan, terutama di wilayah Ponorogo.
Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia, Syahrudi mengungkapkan, saat ini sekitar 30-40 persen peternak sapi perah di Ponorogo merupakan anak muda berusia 30-an tahun.
”Tahun 2010 kami mulai mengembangkan sapi perah di Ponorogo, dan alhamdulillah sekarang sekitar 30-40 persen peternaknya adalah anak muda,” kata Syahrudi dalam pemaparan tentang peternakan rakyat di Malang, dikutip dari Antara, Selasa (11/2/2025).
Menurutnya, anak muda lebih mudah menerima edukasi dan mengubah pola pikir dibandingkan peternak senior.
Mereka cenderung melihat usaha peternakan sebagai sesuatu yang logis dan memiliki peluang pengembangan lebih luas.
”Kami ingin usaha peternakan sapi perah semakin diminati anak muda. Seharusnya ini bisa menjadi usaha yang menyenangkan dan membuka peluang bisnis lain, seperti suplai pakan atau layanan kesehatan sapi,” tambahnya.
Syahrudi juga menekankan, peternakan sapi perah harus lebih dari sekadar mencari keuntungan. Generasi muda yang ingin menjadi peternak harus memahami pentingnya merawat sapi dengan baik agar produktivitasnya maksimal.
Salah satu contoh sukses dari peternak muda adalah Widi Ilham Budiman (27), yang mengelola peternakan sapi perah milik ayahnya, Gatot Laksono, di Dusun Suruhgalih, Purwodadi, Jawa Timur.
Manajemen pakan...
Lulusan jurusan peternakan Universitas Islam Malang ini menerapkan ilmu yang diperolehnya untuk memperbaiki manajemen pakan sapi, sehingga kualitas susu yang dihasilkan meningkat.
”Saya senang bisa menjadi contoh bagi peternak muda lainnya dan suka berbagi pengalaman tentang manajemen peternakan sapi,” ujar Widi.
Pada awalnya, Widi hanya membantu membersihkan kandang dan memberi makan sapi. Namun, ia menyadari bahwa jika pakan dan minuman diberikan seadanya, produksi susu akan rendah dan kualitasnya kurang baik.
Dengan pendekatan ilmiah, Widi mengembangkan metode pemberian pakan yang lebih terukur, seperti menyesuaikan jumlah pakan dengan bobot sapi dan menambahkan konsentrat ke dalam rumput.
Ia juga lebih mengutamakan rumput odot, yang memiliki kandungan air lebih sedikit tetapi lebih mengenyangkan bagi sapi.
”Dulu pakan sapi hanya diberikan dua kali sehari dan produksinya sekitar 15 liter per ekor. Setelah pakan diperbaiki, produksinya bisa meningkat menjadi 20-25 liter per ekor,” jelasnya.