Kamis, 20 November 2025

Murianews, Jakarta – Keputusan Presiden Donald Trump untuk menyerang tiga situs nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025) telah memicu gelombang kekhawatiran warga Amerika Serikat.

Bahkan rakyat AS menilai tindakan ini berpotensi menyeret negara mereka ke dalam konflik baru yang berbahaya.

”Saya melihat ini seperti deja vu tahun 2003,” ujar Layton Tallwhiteman, seorang warga Montana, mengenang serangan AS ke Baghdad, dikutip dari Kompas.com, Senin (23/6/2025).

Ia juga mengatakan, saat itu Presiden Bush berujar untuk mencari senjata pemusnahan massal. Namun tidak pernah ditemukan.

”Dan sekarang Trump bicara hal yang sama, menghilangkan ancaman (nuklir Iran). Apakah kita tidak belajar dari masa lalu?” tanyanya.

Kekhawatiran warga AS bukan tanpa dasar. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dalam buletinnya telah memperingatkan aktor siber yang terafiliasi dengan pemerintah Iran mungkin akan melancarkan serangan ke infrastruktur penting AS, termasuk sistem perbankan dan jaringan listrik.

Bahkan, Center for Internet Security melaporkan jaringan air bersih dan limbah di AS telah disusupi.

Selain itu, kelompok proksi Iran di Timur Tengah juga dinilai dapat menyerang aset Amerika, meskipun kemampuan mereka untuk menyerang langsung ke tanah AS masih terbatas.

”Risiko serangan balasan akan meningkat jika AS menyerang Iran secara terbuka,” tulis lembaga tersebut.

Gelombang demosntransi...

  • 1
  • 2

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler