Brigjen Trunoyudo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap lingkungan sekitar. Terutama, kata dia, jika menemukan indikasi perekrutan yang disamarkan dalam bentuk kegiatan sosial.
”Penangkapan terhadap tersangka memberikan fakta bahwa kelompok teror masih aktif melakukan kegiatan dan memiliki potensi ancaman, baik ancaman aksi teror maupun penyebaran paham radikalisme,” tegasnya.
Murianews, Jakarta – Densus 88 Antiteror Polri berhasil menangkap enam terduga teroris di beberapa daerah, termasuk dua Aparatur Sipil Negara (ASN) di Aceh. Diduga, enam orang tersebut aktif dan berpotensi menjadi ancaman.
Penangkapan terhadap dua ASN di Aceh, berinisial ZA (47) dan M (40), dilakukan lebih dulu. Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, mengonfirmasi bahwa keduanya diduga terlibat dalam jaringan Negara Islam Indonesia (NII). Illiza mengaku terkejut dan mengapresiasi kinerja Densus 88.
”Kita sebenarnya syok mendengar kabar ini. Kaget, tidak menyangka ada ASN kita yang terlibat terorisme,” katanya dikutip dari Detik.com, Rabu (6/8/2025).
Selain di Aceh, Densus 88 juga menangkap empat terduga teroris lainnya di lokasi berbeda pada 17-18 Juli 2025. Mereka diduga merupakan bagian dari jaringan terorisme yang sama.
UB (47) ditangkap di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pada 17 Juli. Menurut Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, UB menjabat sebagai ketua dalam struktur organisasi teror dan pernah mengikuti pelatihan fisik.
LA ditangkap pada 17 Juli di Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. LA diduga anggota kelompok teror yang rutin mengikuti pertemuan dan pembinaan internal kelompok.
YK ditangkap pada 18 Juli di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. YK diduga merupakan kepala bidang dalam struktur kelompok dan aktif dalam kegiatan pertemuan organisasi.
MI ditangkap di Bojong Sari, Kota Depok, Jawa Barat. MI juga diduga merupakan anggota kelompok teror yang sering mengikuti pertemuan internal.
Masyarakat Diimbau Waspada...
Brigjen Trunoyudo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap lingkungan sekitar. Terutama, kata dia, jika menemukan indikasi perekrutan yang disamarkan dalam bentuk kegiatan sosial.
”Penangkapan terhadap tersangka memberikan fakta bahwa kelompok teror masih aktif melakukan kegiatan dan memiliki potensi ancaman, baik ancaman aksi teror maupun penyebaran paham radikalisme,” tegasnya.
