Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Hari Raya Iduladha atau Idul Kurban tinggal sepuluh hari lagi. Produsen tusuk sate di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, pun yang kebanjiran order sampai kewalahan.

Salah satu produsen tusuk sate itu yakni Bonasih (50), warga Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan.

Memasuki gang rumahnya, terlihat potongan-potongan bambu tengah dijemur di halaman rumah warga. Tusuk sate berbagai ukuran tampak berjajar rapi di halaman warga.

Meskipun sudah tak muda lagi, tenaga Bonasih masih cukup bisa diandalkan. Tangannya masih kuat dan lihai ketika menggergaji bambu hingga memotongnya menjadi sebuah tusuk sate.

Hasil bambu yang sudah ia belah tersebut, kemudian ia bawa ke halaman rumah untuk dijemur di bawah terik matahari secara langsung. Tujuannya untuk mengurangi kadar air pada bambu sehingga tusuk sate yang dihasilkan lebih kuat saat digunakan.

Menjelang Iduladha, pesanan tusuk sate yang diterima Bonasih mengalami peningkatan. Jika biasanya dalam sehari Bonasih hanya membuat dua-tiga ribu tusuk sate per hari.

Saat ini jumlah produksinya ia tambah menjadi empat ribu tusuk per hari untuk memenuhi banyaknya permintaan.

”Dikebut ini, sehari bisa empat ribu tusuk. Menjelang Iduladha permintaan tusuk sate soalnya makin ramai,” kata Bonasih, kemarin.

Mendekati Iduladha, harga tusuk sate juga ikut mengalami kenaikan. Di hari biasa, per seribu tusuk biasanya dijual dengan harga Rp 6.500 – 7.000. Saat ini naik menjadi jadi Rp 8 ribu per seribu tusuk.

”Harganya ini juga ikut naik menjelang Iduladha, biasanya Rp 6.500, kalau lagi mahal ya Rp 7.000. Tapi kalau sekarang jadi Rp 8 ribu,” ujarnya.

Selain dijual di pasar desa dekat rumahnya, tusuk sate produksnya juga diambil langsung oleh pembeli. Selain memproduksi tusuk sate, Bonasih juga membuat tusuk untuk makanan lain, seperti sempolan dan sogor.

”Buatnya sebenarnya banyak, tidak cuma buat sate. Karena memang pekerjaan sehari-hari,” ujarnya.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler