Panen Raya, Harga Garam Jepara Malah Anjlok
Faqih Mansur Hidayat
Kamis, 8 Agustus 2024 16:24:00
Murianews, Jepara – Petani garam di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai panen raya. Sayangnya, pada saat bersamaan, harga garam terjun bebas di pasaran.
Safiudin (47), salah satu petani garam dari Desa Panggung, Kecamatan Kedung menyebutkan, harga garam di tingkat petani saat ini sekitar Rp 50-55 ribu per tombong. Angka itu terjun bebas dibanding periode yang sama di tahun lalu.
’’Anjlok harganya. Dari yang tadinya tahun lalu di bulan yang sama bisa Rp 350 per tombong, saat ini sekitar Rp 50-55 per tombong. Anjloknya dari sejak Mei,’’ katanya, Kamis (8/8/2024).
Saifudin tak tahu pasti apa penyebab anjloknya harga garam. Hanya saja, fenomena semacam itu nyaris selalu terjadi saban panen raya.
Soal produksi, kemarau panjang membuat panen garam menjadi lebih maksimal. Sebelum puncak kemarau, produksi garam petani per tombongnya hanya sekitar 80 kg, sedangkan saat puncak kemarau produksinya bisa 90-100 kg per tombong.
’’Produksi garam ini kan tergantung cuaca, semakin panas dan anginnya juga lumayan kenceng, kristal garam yang dihasilkan juga semakin bagus, putih, bentuknya besar-besar,’’ jelasnya.
Selain itu, jika cuaca mendukung, hasil produksi garam petani per bulan bisa mencapai 400-500 tombong.
’’Tapi kalau tidak ada kendala hujan ya, karena cuaca kok sepertinya ini tidak mendukung. Karena kalau hujan produksi kan terkendala. Biasanya lima hari biasa panen, kalau hujan bisa nyampe seminggu baru panen,’’ jelasnya.
Terpisah, Syuhada, Ketua Kelompok Tani Garam Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara memperkirakan harga garam di tingkat petani akan terus mengalami penurunan hingga September nanti.
Jika tadinya harga garam mencapai Rp 1.500 per kg, saat ini harga garam hanya Rp 800 per kg. Sedangkan di September nanti, ia memperkirakan harga garam turun sekitar Rp 600-700 per kg.
’’Kalau cuaca di September nanti bagus harga garam memang bisa turun lagi, sekitar Rp 600-700 per kg. Tapi kalau cuacanya bagus, harganya juga bisa stabil segitu,’’ ujarnya.
Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Jepara – Petani garam di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai panen raya. Sayangnya, pada saat bersamaan, harga garam terjun bebas di pasaran.
Safiudin (47), salah satu petani garam dari Desa Panggung, Kecamatan Kedung menyebutkan, harga garam di tingkat petani saat ini sekitar Rp 50-55 ribu per tombong. Angka itu terjun bebas dibanding periode yang sama di tahun lalu.
’’Anjlok harganya. Dari yang tadinya tahun lalu di bulan yang sama bisa Rp 350 per tombong, saat ini sekitar Rp 50-55 per tombong. Anjloknya dari sejak Mei,’’ katanya, Kamis (8/8/2024).
Saifudin tak tahu pasti apa penyebab anjloknya harga garam. Hanya saja, fenomena semacam itu nyaris selalu terjadi saban panen raya.
Soal produksi, kemarau panjang membuat panen garam menjadi lebih maksimal. Sebelum puncak kemarau, produksi garam petani per tombongnya hanya sekitar 80 kg, sedangkan saat puncak kemarau produksinya bisa 90-100 kg per tombong.
’’Produksi garam ini kan tergantung cuaca, semakin panas dan anginnya juga lumayan kenceng, kristal garam yang dihasilkan juga semakin bagus, putih, bentuknya besar-besar,’’ jelasnya.
Selain itu, jika cuaca mendukung, hasil produksi garam petani per bulan bisa mencapai 400-500 tombong.
’’Tapi kalau tidak ada kendala hujan ya, karena cuaca kok sepertinya ini tidak mendukung. Karena kalau hujan produksi kan terkendala. Biasanya lima hari biasa panen, kalau hujan bisa nyampe seminggu baru panen,’’ jelasnya.
Terpisah, Syuhada, Ketua Kelompok Tani Garam Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara memperkirakan harga garam di tingkat petani akan terus mengalami penurunan hingga September nanti.
Jika tadinya harga garam mencapai Rp 1.500 per kg, saat ini harga garam hanya Rp 800 per kg. Sedangkan di September nanti, ia memperkirakan harga garam turun sekitar Rp 600-700 per kg.
’’Kalau cuaca di September nanti bagus harga garam memang bisa turun lagi, sekitar Rp 600-700 per kg. Tapi kalau cuacanya bagus, harganya juga bisa stabil segitu,’’ ujarnya.
Editor: Zulkifli Fahmi