Soal penggunaan daun lontar, Syarifuddin menjelaskan, tujuannya untuk mengenalkan kepada anak-anak bahwa daun lontar merupakan media tulis zaman dulu.
Kepala MURI Semarang, Ari Andriani menyebutkan, sebelumnya direncanakan peserta sebanyak tiga ribu siswa. Namun yang ikut hari ini justru lebih dari itu. Aksi ini tercatat sebagai rekor MURI ke 11.975.
“Ini baru pertama kali. Di MURI, tidak hanya tercatat di rekor nasional. Tetapi sebagai rekor dunia,” kata Andirani.
Di sisi lain, Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, berharap agar anak-anak bisa memahami dan menanamkan pitutur luhur Jawa itu dalam kehidupannya. Rencannya, karya-karya peserta itu akan disimpan di Bumi Kartini.
Murianews, Jepara – Sebanyak 3.386 siswa SD (Sekolah Dasar) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menulis pitutur luhur di permukaan daun lontar. Aksi serentak itu kemudian tercatat sebagai rekor Museum Rekor Indonesia (Rekor MURI)
Ribuan siswa SD tersebut berasal dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah. Rinciannya, 2.780 siswa asal Kabupaten Jepara dan 551 siswa dari 35 kabupaten/kota.
Para siswa itu terlihat cukup kesulitan menulis di daun lontar. Dengan alat tulis pangrupak, mereka menulis pitutur luhur Jawa seperti ’Aja Dumeh’, ’Tut Wuri Handayani’, ’Adigang Adigung Adiguna’ dan lainnya, dengan aksara Jawa.
Setelah itu, mereka mengusapnya dengan tinta hitam. Lalu jadilah sebuah aksara indah yang tercetak di daun lontar, yang kemudian menjadi bagian dari penciptaan rekor MURI.
Dafina Nur Aini Yasfa, salah satu peserta asal SD Islam Terpadu Ali bin Abi Thalib Sendang, Kecamatan Kalinyamatan, mengaku tak kesulitan menulis aksara Jawa di daun lontar. Sebab sebelumnya dia sudah berlatih bersama gurunya.
“Tadi tulis ’Ora Ana Kukus Tanpa Geni’ (Tidak Ada Perkara Tanpa Penyebab),” ucap Dafina di Gedung Wanita Jepara, Selasa (22/10/2024).
Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Syarifuddin menyampaikan, aksi tersebut sebagai upaya mengajak generasi muda bisa memaknai dan menjalankan pitutur luhur Jawa. Selain itu juga untuk membiasakan mereka menulis aksara Jawa yang semakin jarang digunakan.
“Kami mengajak generasi muda bangga berbahasa Jawa,” ujarnya di sela-sela penciptaan rekor MURI.
Soal Penggunaan daun lontar.......
Soal penggunaan daun lontar, Syarifuddin menjelaskan, tujuannya untuk mengenalkan kepada anak-anak bahwa daun lontar merupakan media tulis zaman dulu.
Kepala MURI Semarang, Ari Andriani menyebutkan, sebelumnya direncanakan peserta sebanyak tiga ribu siswa. Namun yang ikut hari ini justru lebih dari itu. Aksi ini tercatat sebagai rekor MURI ke 11.975.
“Ini baru pertama kali. Di MURI, tidak hanya tercatat di rekor nasional. Tetapi sebagai rekor dunia,” kata Andirani.
Di sisi lain, Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, berharap agar anak-anak bisa memahami dan menanamkan pitutur luhur Jawa itu dalam kehidupannya. Rencannya, karya-karya peserta itu akan disimpan di Bumi Kartini.
Editor: Budi Santoso