Kamis, 20 November 2025

Dicky mengenang, saat itu yang sekolah di sana tak banyak. Satu kelas seangkatannya hanya 14 siswa. Dia lulus pada tahun 1986.

”Jaman saya hanya 14 orang, kelamaan muridnya semakin sedikit.Bahkan dulu pernah murid cuma 3 orang. Saya lulus SD tahun 1986, sudah 40 tahun,” ungkapnya.

Semula, sekolah tersebut hanya menerima siswa dari masyarakat Tionghoa. Namun pada era Orde Baru dan muncul kebijakan pemerintah tentang SD Inpers, sekolah menerima siswa di luar kaum Tionghoa.

Namun seiring berkembangnya zaman, masyarakat Tionghoa di Desa Welahan semakin berkurang. Seingatnya, terakhir jumlah siswa Sekolah Pusaka hanya tiga orang. Hingga akhirnya Sekolah Pusaka terpaksa ditutup sekitar tahun 2000-an.

Dengan kondisi bangunan yang kurang terawat seperti saat ini, Dicky berharap pemerintah bisa merawat Sekolah Tionghoa itu. Meskipun sulit menghidupkan sekolah itu lagi, paling tidak jejak sejarah itu bisa terawat dengan baik.

”Kami sudah bersurat kepada pemerintah. Sudah ada yang datang ke sini. Tapi belum ada jawaban yang jelas,” ucap Dicky.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler