Pada saat sembahyang, baik pada saat mengantarkan dewa naik (Shang-An) maupun menyambut dewa turun, selalu diadakan tradisi Ngokok oleh umat Tionghoa. Tradisi tersebut, berupa membakar hasil bumi yang harus terdiri dari lima jenis.
Masing-masing padi, jagung, kedelai, kacang hijau, dan candil, serta kertas berwarna kuning yang diletakkan dalam sebuah tampah. Tradisi tersebut rutin digelar setiap tahun sebagai warisan leluhur.
"Tradisi itu sebagai penanda kalau mau bercocok tanam di tahun ini baik atau tidak. Kalau hasilnya baik, hasil bumi yang ditanam akan berbuah sesuai harapan," ujar tokoh Tionghoa Jepara ini.
Murianews, Jepara – Ratusan Umat Tionghoa di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) menjalani ibadah atau sembahyang dalam rangka menyambut turunnya para dewa dari langit, Jumat (31/1/2025) malam. Sembahyang ini disebut dengan Cie-Ang.
Sembahyang dilaksanakan dua kali di Kelenteng Hok Tek Bio, Desa Welahan, Kecamatan Welahan. Ritual peribadatan ini dimulai pukul 22.30 WIB.
Setelah sembahyang di area teras dan dalam kelenteng, Umat Tionghoa Jepara melanjutkan dengan ritual membakar kertas doa dan hasil bumi di sebuah tampah. Kemudian, abunya dituang ke tanah lalu disiram air.
Ritual serupa juga dilakukan berulang di Kelenteng Hian Thian Siang Tee. Kelenteng nini letaknya tak jauh dari kelenteng pertama.
Sembahyang kemudian dilanjut di dalam kelenteng untuk menanyakan nasib umat Tionghoa Jepara terutama di wilayah Welahan selama satu tahun ke depan. Seluruh kegiatan sembahyang selesai sekitar pukul 24:00 WIB.
Ketua Yayasan Pusaka Klenteng Hian Thian Siang Tee, Dicky Sugandi mengatakan, sembahyang tersebut rutin digelar setiap tahun oleh umat Tionghua Jepara. Dilakukan sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek.
"Untuk sembahyang menyambut dewa turun ini biasanya dilakukan pada hari ke-empat tahun Baru Imlek," katanya, Sabtu (1/2/2025) dini hari.\
Dewa Turun...
Pada saat sembahyang, baik pada saat mengantarkan dewa naik (Shang-An) maupun menyambut dewa turun, selalu diadakan tradisi Ngokok oleh umat Tionghoa. Tradisi tersebut, berupa membakar hasil bumi yang harus terdiri dari lima jenis.
Masing-masing padi, jagung, kedelai, kacang hijau, dan candil, serta kertas berwarna kuning yang diletakkan dalam sebuah tampah. Tradisi tersebut rutin digelar setiap tahun sebagai warisan leluhur.
"Tradisi itu sebagai penanda kalau mau bercocok tanam di tahun ini baik atau tidak. Kalau hasilnya baik, hasil bumi yang ditanam akan berbuah sesuai harapan," ujar tokoh Tionghoa Jepara ini.
Editor: Budi Santoso