JIF-BW yang digagas oleh Konsorsium Jepara Gerak ini memang memiliki niat untuk mendongkrak semua peluang furniture atau ukir Jepara mendunia.
Pada pameran yang dihelat di Gedung Wanita Jepara itu, tampak pengusaha-pengusaha kelas atas mendominasi ruang utama.
Ada pula pendapa yang diisi pameran karya-karya seni ukir kelas tinggi. Seperti patung, relief dan ornamen-ornamen lainnya. Sepanjang JIF-BW dalam tiga tahun ini, baru kali ini karya-karya seni ukir ikut dipamerkan.
Ketua Panitia JIF-BW 2025 Muhammad Alhaq memaparkan, ada sekitar 37-40 pengusaha ikut serta dalam pameran di Gedung Wanita.
Selain di Gedung Wanita, juga ada 67 pengusaha yang memamerkan hasil furniturnya di tempat usahanya masing-masing. 60 persen di antara peserta tersebut merupakan para pelaku UKM.
Alhaq tak menampik bahwa sebagian para pelaku UKM masih minder dengan pengusaha kelas atas, yang notabene sudah menjadi eksportir dengan relasi buyer dari berbagai belahan dunia.
Namun pihaknya terus mendorong agar UKM ikut pameran agar bisa naik kelas. Atau paling tidak, mereka akan bertemu dengan buyer-buyer yang datang.
”Khusus seniman, kami memang dorong agar ikut pameran. Karena sejauh ini mereka lebih eksklusif. Jarang sekali mengeluarkan karyanya. Kadang ada yang hanya menaruh karya di kamar. Padahal nilainya sangat mahal,” kata Alhaq.
Murianews, Jepara – Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIF-BW) sedang berlangsung hingga 23 Maret 2025 mendatang. Sejumlah pelaku mebel tingkat usaha mikro kecil (UKM) turut unjuk gigi di pameran berlabel internasional itu dan diyakini bisa membawa mereka naik kelas.
JIF-BW yang digagas oleh Konsorsium Jepara Gerak ini memang memiliki niat untuk mendongkrak semua peluang furniture atau ukir Jepara mendunia.
Pada pameran yang dihelat di Gedung Wanita Jepara itu, tampak pengusaha-pengusaha kelas atas mendominasi ruang utama.
Namun jangan salah, di luar aula utama, para pelaku UKM furniture juga ikut memamerkan produk-produk unggulannya. Seperti mebel minimalis, perkakas rumah tangga hingga mebel bergenre Islami.
Ada pula pendapa yang diisi pameran karya-karya seni ukir kelas tinggi. Seperti patung, relief dan ornamen-ornamen lainnya. Sepanjang JIF-BW dalam tiga tahun ini, baru kali ini karya-karya seni ukir ikut dipamerkan.
Ketua Panitia JIF-BW 2025 Muhammad Alhaq memaparkan, ada sekitar 37-40 pengusaha ikut serta dalam pameran di Gedung Wanita.
Selain di Gedung Wanita, juga ada 67 pengusaha yang memamerkan hasil furniturnya di tempat usahanya masing-masing. 60 persen di antara peserta tersebut merupakan para pelaku UKM.
Alhaq tak menampik bahwa sebagian para pelaku UKM masih minder dengan pengusaha kelas atas, yang notabene sudah menjadi eksportir dengan relasi buyer dari berbagai belahan dunia.
Namun pihaknya terus mendorong agar UKM ikut pameran agar bisa naik kelas. Atau paling tidak, mereka akan bertemu dengan buyer-buyer yang datang.
”Khusus seniman, kami memang dorong agar ikut pameran. Karena sejauh ini mereka lebih eksklusif. Jarang sekali mengeluarkan karyanya. Kadang ada yang hanya menaruh karya di kamar. Padahal nilainya sangat mahal,” kata Alhaq.
Tajuk JIF-BW...
Untuk itulah, JIF-BW kali ini mengangkat tajuk The World Carving Center. Harapannya, mata global kembali melihat Kabupaten Jepara sebagai pusat kerajinan ukir di dunia.
“Sebagai Kota Ukir, kita sudah ratusan tahun dikenal dunia. Jangan sampai malah terpuruk. Semua elemen (pelaku furnitur) bisa maju bersama,” harap Alhaq.
Sementara itu, Ahmad Hasanuddin, pemilik mebel Setia Rizqi Furniture, mengaku baru pertama kali ikut pameran mebel. Selama ini, dia hanya menjadi penonton. Di JIF-BW ini, dia mendapatkan stand di luar aula utama. Tempatnya tak begitu strategis. Dia memamerkan mebel untuk masjid dan kaligrafi.
Sebagai pemula dan pelaku UKM, Hasan mengaku merasa minder dengan pengusaha-pengusaha lain yang notabene kelas atas. Dia juga sadar betul semua sudah memiliki pasarnya masing-masing.
“Minder itu pasti. Karena baru kali ini ikut pameran. Tapi tak apa, saya ambil positifnya saja,” kata pengusaha mebel yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta, Bok Biru, Kecamatan Tahunan itu
Dari pameran ini, Hasan tak berharap banyak barang-barangnya akan laku terjual. Baginya, bisa bertemu dengan pengusaha-pengusaha lain di atasnya sudah dia syukuri. Sebab dia bisa belajar berkomunikasi bisnis dengan para buyer.
Editor: Anggara Jiwandhana