Larungan kepala kerbau ini sudah menjadi tradisi turun temurun bagi masyarakat pesisir Jepara, Jawa Tengah. Dalam tradisi ini, miniatur kapal berisi kepala kerbau dilarung di laut lepas.
Miniatur kapal itu dibuat oleh orang khusus, yakni Agus Mardiko (53) warga asal Ujungbatu, Kecamatan Jepara. Sudah hampir 25 tahun ia membuat miniatur kapal larungan untuk pesta lomban.
”Kami buat kapal awalnya di tengah bulan atau 15 hari saat bulan puasa. Alhamdhulilah sampai saat ini tidak ada kendala, lancar saja,” ungkap Agus Mardiko.
Namun untuk puasa, Agus memilih untuk menolak dan hanya melakukan pembacaan doa saja.
”Pada saat itu untuk puasa saya menolak tidak sanggup, pihak mantan (lurah) Ujungbatu yang menjalani puasa, doa tetap ada. Doa itupun diketahui yang membuat saja," ujarnya.
Murianews, Jepara – Pesta Lomban Jepara yang diwarnai larungan kepala kerbau digelar hari ini, Senin (7/4/2025).
Larungan kepala kerbau ini sudah menjadi tradisi turun temurun bagi masyarakat pesisir Jepara, Jawa Tengah. Dalam tradisi ini, miniatur kapal berisi kepala kerbau dilarung di laut lepas.
Miniatur kapal itu dibuat oleh orang khusus, yakni Agus Mardiko (53) warga asal Ujungbatu, Kecamatan Jepara. Sudah hampir 25 tahun ia membuat miniatur kapal larungan untuk pesta lomban.
Pembuatan miniatur kapal larungan ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 5,5 juta dari Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Jepara. Dalam pembuatannya, miniatur kapal larungan ini dikerjakan 2-5 orang.
”Kami buat kapal awalnya di tengah bulan atau 15 hari saat bulan puasa. Alhamdhulilah sampai saat ini tidak ada kendala, lancar saja,” ungkap Agus Mardiko.
Sebelum dilakukan pembuatan miniatur kapal larungan, lanjutnya, ada beberapa ritual khusus. Seperti pembacaan doa dan melakukan puasa selama tiga hari.
Namun untuk puasa, Agus memilih untuk menolak dan hanya melakukan pembacaan doa saja.
”Pada saat itu untuk puasa saya menolak tidak sanggup, pihak mantan (lurah) Ujungbatu yang menjalani puasa, doa tetap ada. Doa itupun diketahui yang membuat saja," ujarnya.
Pulau Panjang...
Agus menambahkan saat membuat kapal pun harus ada tiga komponen yang tidak boleh terlewatkan, seperti kain putih, pohon pisang raja, dan bambu apus.
Ketiga komponen itupun memiliki arti masing-masing. Seperti pohon pisang raja di gambarkan sebagai raja setan lautan, dan bambu apus sebagai wujud tolak balak para nelayan yang hendak melaut.
”Filosofinya pohon pisang raja itu diibaratkan rajanya setan atau raja penghuni laut. Kalau pring apus ditusuk ke pohon tadi bertujuan biar setan di laut apes, nelayan melaut itu biar selamat,” ucapnya.
Seusai dibuat dikediaman Agus, miniatur kapal larungan pembawa kepala kerbau ini akan diangkat bersama-sama oleh pemuda Ujungbatu menuju ke rumah kediaman mantan Lurah Ujungbatu yang berjarak sekiranya 500 meteran.
Selanjutnya, kapal diarak dari rumah mantan Lurah Ujungbatu sampai ke TPI yang berjarak 700 meteran. Kapal dilarung di laut sekitar Pulau Panjang.
Editor: Dani Agus