Kamis, 20 November 2025

Syamsul menyebut, hal ini terjadi di saat bersamaan dengan tren pelemahan indeks manufaktur (PMI), meningkatnya biaya produksi, dan perlambatan permintaan global.

Meskipun ketergantungan ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 10 persen dari total ekspor, dan kontribusi ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif moderat atau sekitar 21 persen.

Akibatnya risiko penurunan permintaan, masuknya barang murah atau ilegal, serta tingginya biaya berusaha tetap menjadi tantangan nyata yang perlu diantisipasi bersama.

Karena itu, Apindo memandang keberhasilan Indonesia dalam menavigasi isu ini akan sangat bergantung pada kekuatan diplomasi ekonomi yang solid, terukur, dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang industri nasional.

Syamsul menyatakan, Apindo sejak awal telah terlibat aktif dalam mendukung proses ini. Selama hampir 90 hari terakhir, Apindo bersama para pelaku usaha telah menyampaikan berbagai usulan berbasis data melalui forum-forum resmi dan masukan tertulis kepada pemerintah.

Usulan itu antara lain mendorong skenario saling menguntungkan melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil.

Langkah ini dirancang sebagai reciprocal arrangement yang menjawab kekhawatiran AS soal defisit perdagangan.

Kedua, memperkuat strategi diversifikasi pasar dengan memperluas ekspor ke pasar non-tradisional, serta mengoptimalkan efisiensi dan daya saing di sepanjang supply chain.

Kemudahan dalam Negeri...

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler