Gus Hajar menyebut, peristiwa itu terjadi di Desa Srikandang dan Banjaran, Kecamatan Bangsri pada Selasa (23/9/2025). Mereka mengalami lemas, pusing dan muntah setelah mengonsumsi makanan program MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) milik Yayasan Al Fitroh Watuaji Keling yang berada di Desa Banjaran.
"Ada 35 siswa yang mual, muntah. Tapi yang dibawa ke Puskesmas ada lima siswa. Alhamdulillah kondisinya membaik. Yang dilarikan ke Puskesmas juga hanya menjalani rawat jalan," sebut Gus Hajar, Sabtu (27/9/2025).
Gus Hajar memaparkan, 35 siswa itu rata-rata merupakan siswa di SD N 1 Banjaran. Sedangkan tiga lainnya adalah siswa TK Melati Banjaran, siswa Kelompok Bermain (KB) Darul Karomah Srikandang dan Madrasah Ibtidaiyah Matholiul Huda Srikandang.
Saat mendapatkan kabar tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara langsung bergerak cepat. Pemerintah langsung menginstruksikan Puskesmas Bangsri 1 untuk melakukan perawatan dan pengawasan.
Saat ini, sampel sisa makanan MBG yang dikonsumsi para siswa pada hari itu tengah diteliti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepaara (Dinkes Jepara) di Laboratorium Kesehatan Daerah Jepara (Lakesda Jepara). Pengecekan itu dilakukan untuk memastikan apakah benar sumber gejala klinis yang dialami puluhan siswa itu berasal dari makanan MBG atau tidak.
"Hari itu menunya ada nasi, ayam goreng dan sayur buncis jagung. Itu saya yang minta kepada Dinkes untuk memeriksa sampelnya," jelas Gus Hajar.
Menurut Gus Hajar, peristiwa itu menjadi perhatian serius Pemkab Jepara. Terutama bagi dirinya yang menjabat sebagai wakil bupati Jepara sekaligus Ketua Satuan Tugas Percepatan Program MBG Kabupaten Jepara (Satgas Percepatan Program MBG Jepara).
Murianews, Jepara – Wakil Bupati Jepara, Jawa Tengah (Jateng) Muhammad Ibnu Hajar atau Gus Hajar membenarkan adanya peristiwa siswa diduga keracunan makan bergizi gratis (Keracunan MBG). Bahkan jumlahnya disebut mencapai 35 anak.
Gus Hajar menyebut, peristiwa itu terjadi di Desa Srikandang dan Banjaran, Kecamatan Bangsri pada Selasa (23/9/2025). Mereka mengalami lemas, pusing dan muntah setelah mengonsumsi makanan program MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) milik Yayasan Al Fitroh Watuaji Keling yang berada di Desa Banjaran.
"Ada 35 siswa yang mual, muntah. Tapi yang dibawa ke Puskesmas ada lima siswa. Alhamdulillah kondisinya membaik. Yang dilarikan ke Puskesmas juga hanya menjalani rawat jalan," sebut Gus Hajar, Sabtu (27/9/2025).
Gus Hajar memaparkan, 35 siswa itu rata-rata merupakan siswa di SD N 1 Banjaran. Sedangkan tiga lainnya adalah siswa TK Melati Banjaran, siswa Kelompok Bermain (KB) Darul Karomah Srikandang dan Madrasah Ibtidaiyah Matholiul Huda Srikandang.
Saat mendapatkan kabar tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara langsung bergerak cepat. Pemerintah langsung menginstruksikan Puskesmas Bangsri 1 untuk melakukan perawatan dan pengawasan.
Saat ini, sampel sisa makanan MBG yang dikonsumsi para siswa pada hari itu tengah diteliti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepaara (Dinkes Jepara) di Laboratorium Kesehatan Daerah Jepara (Lakesda Jepara). Pengecekan itu dilakukan untuk memastikan apakah benar sumber gejala klinis yang dialami puluhan siswa itu berasal dari makanan MBG atau tidak.
"Hari itu menunya ada nasi, ayam goreng dan sayur buncis jagung. Itu saya yang minta kepada Dinkes untuk memeriksa sampelnya," jelas Gus Hajar.
Menurut Gus Hajar, peristiwa itu menjadi perhatian serius Pemkab Jepara. Terutama bagi dirinya yang menjabat sebagai wakil bupati Jepara sekaligus Ketua Satuan Tugas Percepatan Program MBG Kabupaten Jepara (Satgas Percepatan Program MBG Jepara).
Monitoring...
Selama dua hari berturut-turut, Gus Hajar memonitoring sejumlah SPPG di berbagai wilayah di Kabupaten Jepara. Pihaknya menyoroti waktu memasak yang dimulai sejak pukul 01.00 WIB dini hari. Dalam hal ini, juru masak harus memastikan untuk memasak makanan yang lebih awet lebih dulu. Sedangkan sayuran harus dimasak paling akhir agar pada saat sampai ke tangan siswa masih tetap aman dikonsumsi.
"Kami juga mengingatkan ke sekolah agar MBG ini tidak boleh dibawa pulang. Karena takutnya saat dibawa pulang, kondisi makanan menjadi basi dan itu bisa berbahaya jika dikonsumsi. Makanan ini maksimal dikonsumsi empat jam setelah disajikan," tegas Gus Hajar.
Terpisah, salah satu anggota keluarga siswa SD N 1 Banjaran yang adiknya diduga keracunan MBG, mengaku adiknya kerap membawa pulang jatah MBG yang diberikan di sekolah. Adiknya kerap membawa wadah bekal untuk menaruh makanan MBG itu.
"Kadang adik saya tidak doyan sama makanannya. Makanya dibawa pulang. Pernah saya cicipi, saya juga tidak doyan. Seperti sudah mau basi," kata warga Desa Banjaran yang enggan disebutkan namanya itu.
Namun dia memastikan bahwa pada hari sebelum merasa lemas dan muntah-muntah, adiknya memakan MBG di sekolah. Sehingga bisa saja memang mengalami keracunan dari makanan MBG yang diterima.
"Pulang-pulang malah kaya orang sakit. Tubuhnya lemas dan berkali-kali muntah. Saya bawa ke Puskesmas Bangsri malam harinya. Tapi sekarang sudah sehat," ujar dia.
Editor: Budi Santoso