Berdasarkan keterangan Polisi, Khoiriyah belum lama menjadi ART di rumah majikannya yang berinsial JR (40) di Desa Ngasem, Kecamatan Batealit. Hanya sekitar dua pekan sebelum meninggal dunia.
Sedangkan rumahnya di Desa Kerso dibiarkan kosong. Hanya kios saja yang disewakan kepada rekannya yang bernama Nurasinta.
Baru sekitar dua pekan kios itu digunakan Asinta untuk berjualan sembako. Disebutkan, kios itu disewa Rp 16 juta untuk jangka waktu 10 tahun.
“Uang sewa sudah saya lunasi semua. Bahkan sebelum almarhumah pergi dari sini,” kata Asinta.
Setidaknya dalam dua bulan terakhir, lanjut Asinta, Khoiriyah yang diketahui menjadi ART, kerap menghubunginya untuk berbagai keperluan. Namun setidaknya dalam sebulan terakhir, Khoiriyah lebih sering bertanya soal uang kepadanya.
“Dia memang sering tanya uang ke saya. Tapi saya enggak tahu mau dibuat apa. Katanya sih, untuk keperluan pribadinya,” ungkap Asinta.
Dalam pesan singkat lewat WhatsApp pada 6 November 2025 lalu, Khoiriyah meminta tolong kepada Asinta untuk mencarikan uang Rp 1 juta. Namun permintaan itu tak dipenuhi.
Kemudian pada Jumat (7/11/2025) sore, Khoiriyah kembali mengirim pesan singkat kepada Asinta seolah-olah sedang bersedih. Namun Asinta tak mengerti apa maksud almarhumah yang berprofesi sebagai ART ini.
“Dia WA saya : bun (disertai emotikon menangis). Terus saya jawab: piye mbak. Aku durung ono duit. Durung dikei karo wong kudus (Gimana mbak. Saya belum ada uang. Belum diberi sama orang Kudus). Setelah itu tak ada jawaban apapun,” begitu petikan pesan WhatsApp terakhir Khoiriyah yang ditunjukkan Asinta kepada Murianews.com.
Murianews, Jepara – Kematian Khoiriyah (54), asisten rumah tangga (ART) asal Desa Kerso, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) di rumah majikannya masih menjadi misteri. Sampai akhirnya dilakukan pembongkaran makam.
Pada Kamis (13/11/2025), selama kurang lebih tiga jam, pembongkaran makam Khoiriyah, di pemakaman Desa Kerso dibongkar. Polisi melakukan ekshumasi dan autopsi. Pembongkaran makam ini dilakukan enam hari setelah kematian ART itu pada Sabtu (8/11/2025).
Ada berbagai informasi liar yang berkelindan dan beredar di masyarakat maupun media sosial terkait kematian ART ini. Mulai dari kematiannya karena diduga disekap, dianiaya hingga dibunuh. Latar belakangnya pun simpang siur. Kematian itu disebut-sebut lantaran Khoiriyah terlilit hutang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh Dokter Haris Taqwa dari Puskesmas Batealit beberapa saat setelah jasad ditemukan tak bernyawa. Dokter tidak menemukan luka atau tanda kekerasan pada badan jenazah, tetapi ada lebam mayat pada di bagian wajah jenasah.
Masalah itulah yang diduga menimbulkan informasi yang simpang siur. Hingga akhirnya, Satreskrim Polres Jepara melakukan tindakan ekshumasi (pembongkaran mayat) dan autopsi pada jasad ART tersebut.
Murianews.com menemui sejumlah orang yang sempat bersinggungan langsung dengan Khoiriyah, ART yang meninggal dunia ini. Baik ketika sebelum meninggal maupun saat dimakamkan.
Seseorang yang ikut memandikan jenazah Khoiriyah mengaku tak melihat ada luka apapun pada tubuh jenazah saat dimandikan. Tak ada sesuatu hal yang menimbulkan curiga.
“Saat dimandikan. Saya lihat dan sentuh semua tubuhnya. Tidak ada bekas luka. Jenazah bersih (tampak luar),” ungkap seseorang yang tak mau disebutkan namanya itu.
Baru dua Pekan...
Berdasarkan keterangan Polisi, Khoiriyah belum lama menjadi ART di rumah majikannya yang berinsial JR (40) di Desa Ngasem, Kecamatan Batealit. Hanya sekitar dua pekan sebelum meninggal dunia.
Sedangkan rumahnya di Desa Kerso dibiarkan kosong. Hanya kios saja yang disewakan kepada rekannya yang bernama Nurasinta.
Baru sekitar dua pekan kios itu digunakan Asinta untuk berjualan sembako. Disebutkan, kios itu disewa Rp 16 juta untuk jangka waktu 10 tahun.
“Uang sewa sudah saya lunasi semua. Bahkan sebelum almarhumah pergi dari sini,” kata Asinta.
Setidaknya dalam dua bulan terakhir, lanjut Asinta, Khoiriyah yang diketahui menjadi ART, kerap menghubunginya untuk berbagai keperluan. Namun setidaknya dalam sebulan terakhir, Khoiriyah lebih sering bertanya soal uang kepadanya.
“Dia memang sering tanya uang ke saya. Tapi saya enggak tahu mau dibuat apa. Katanya sih, untuk keperluan pribadinya,” ungkap Asinta.
Dalam pesan singkat lewat WhatsApp pada 6 November 2025 lalu, Khoiriyah meminta tolong kepada Asinta untuk mencarikan uang Rp 1 juta. Namun permintaan itu tak dipenuhi.
Kemudian pada Jumat (7/11/2025) sore, Khoiriyah kembali mengirim pesan singkat kepada Asinta seolah-olah sedang bersedih. Namun Asinta tak mengerti apa maksud almarhumah yang berprofesi sebagai ART ini.
“Dia WA saya : bun (disertai emotikon menangis). Terus saya jawab: piye mbak. Aku durung ono duit. Durung dikei karo wong kudus (Gimana mbak. Saya belum ada uang. Belum diberi sama orang Kudus). Setelah itu tak ada jawaban apapun,” begitu petikan pesan WhatsApp terakhir Khoiriyah yang ditunjukkan Asinta kepada Murianews.com.
Meninggal...
Keesokan harinya, Asinta pun kaget bukan kepalang. Tiba-tiba saja, ketua RT setempat meminta menutup warungnya. Sebab ada kabar Khoiriyah meninggal dunia.
Murianews.com juga menemui dua orang yang mengetahui sebagian aktivitas Khoiriyah beberapa pekan sebelum meninggal dunia. Mereka bercerita, akhir Oktober 2025 lalu, Khoiriyah dijemput seorang pria yang di telinganya terdapat anting dan kakinya bertato.
Tak ada gelagat mencurigakan saat itu. Hanya saja, mereka berdua melihat tak ada keakraban antara Khoiriyah dan pria itu.
“Dijemput pakai motor. Tidak ada omong-omongan. Langsung pergi kemana saya tidak tahu. Setelah itu jarang pulang,” ungkap dua orang yang tak mau disebutkan namanya.
Beberapa hari berikutnya, lanjut dua orang itu, Khoiriyah diantar pria yang sama dengan motor ke rumahnya. Hanya sebentar, lalu pergi lagi tanpa pamit. Terakhir kali Khoiriyah pulang pada Kamis (6/11/2025). Pria yang sama mengantar Khoiriyah mengambil bantuan sosial (bansos) di balai desa. Lalu mengambil baju ganti di rumahnya.
“Terakhir Kamis itu sekitar jam 10 pagi. Ibuk (Khoiriyah) pulang sebentar ambil baju lalu pergi. Sempat dada-dada (melambaikan tangan) ke kami. Katanya, Jumat (7/11/2025) mau pulang. Tahu-tahu, Sabtu pagi dapat kabar kalau Ibuk meninggal dunia,” ungkapnya.
Dari informasi yang dihimpun Murianews.com¸ Khoiriyah memang jarang berkomunikasi dengan keluarganya. Tiga anaknya sudah lama tak hidup bersamanya. Sedangkan dirinya hidup seorang diri tanpa suami dan diketahui bekerja sebagai ART.
Kini, pihak keluarga masih menunggu hasil autopsi dari Biddokes dan Bidlabfor Polda Jateng. Polisi mengambil sebagian sampel dari organ dalam jenazah.
"Ada sebagian dari organ dalamnya yang kita bawa (untuk diteliti lebih lanjut) oleh Dokkes dan Labfor untuk bisa disimpulkan penyebab kematiannya karena apa," terang Kasatreskrim Polres Jepara, AKP M Faizal Wildan Umar Rela usai ekshumasi atau pembongkaran mayat ART di Jepara ini.
Editor: Budi Santoso