Kepala PSGA IAIN Kudus, Efa Ida Amaliyah mengungkapkan, penghargaan ini menunjukkan IAIN Kudus sangat responsif terhadap isu gender. Ia mengatakan, penghargaan ini membuktikan bahwa seluruh agenda yang digelar oleh IAIN Kudus mengedepankan kesetaraan gender.
”Ini menjadi barometer bahwa berbagai program dan kegiatan di IAIN Kudus ramah gender dan mengedepankan kesetaraan,” katanya kepada Murianews.com, Senin (21/10/2024).
Ia menyebut, penghargaan ini menjadi yang kedua kalinya diterima oleh IAIN Kudus. Sebelumnya, IAIN Kudus mendapat penghargaan yang sama di tahun 2022 tapi dengan peringkat pratama.
Selanjutnya diharapkan IAIN Kudus bisa mendapat penghargaan peringkat utama pada tahun 2026 nanti. Hal itu diyakini bisa terwujud melihat kematangan yang sudah dimiliki IAIN Kudus dalam persoalan ini.
”Tentu cita-cita ini akan terwujud melaui kerja sama semua pihak, terutama dukungan penuh dari civitas akademika,” ungkap Efa.
Dijelaskannya, ada sembilan indikator yang dinilai oleh juri dalam penghargaan ini. Meliputi, kelembagaan, pendidikan, pengajaran, penelitian, dan publikasi responsif gender dan sosial inklusi.
Murianews, Kudus – Institut Agama Islam Negeri Kudus (IAIN Kudus) mendapatkan penghargaan sebagai Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG) peringkat madya 2024. Penghargaan itu diterima di Konferensi Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) ke- tahun 2024.
Kepala PSGA IAIN Kudus, Efa Ida Amaliyah mengungkapkan, penghargaan ini menunjukkan IAIN Kudus sangat responsif terhadap isu gender. Ia mengatakan, penghargaan ini membuktikan bahwa seluruh agenda yang digelar oleh IAIN Kudus mengedepankan kesetaraan gender.
”Ini menjadi barometer bahwa berbagai program dan kegiatan di IAIN Kudus ramah gender dan mengedepankan kesetaraan,” katanya kepada Murianews.com, Senin (21/10/2024).
Ia menyebut, penghargaan ini menjadi yang kedua kalinya diterima oleh IAIN Kudus. Sebelumnya, IAIN Kudus mendapat penghargaan yang sama di tahun 2022 tapi dengan peringkat pratama.
Selanjutnya diharapkan IAIN Kudus bisa mendapat penghargaan peringkat utama pada tahun 2026 nanti. Hal itu diyakini bisa terwujud melihat kematangan yang sudah dimiliki IAIN Kudus dalam persoalan ini.
”Tentu cita-cita ini akan terwujud melaui kerja sama semua pihak, terutama dukungan penuh dari civitas akademika,” ungkap Efa.
Dijelaskannya, ada sembilan indikator yang dinilai oleh juri dalam penghargaan ini. Meliputi, kelembagaan, pendidikan, pengajaran, penelitian, dan publikasi responsif gender dan sosial inklusi.
Kemudian......
Kemudian, pengabdian, advokasi, tata kelola, perencanaan, penganggaran, responsif gender dan inkulis. Indikator selanjutnya, pelaksanaan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Sementara itu, Rektor IAIN Kudus, Prof Abdurrohman Kasdi mengaku sangat bangga dengan prestasi ini. Pihaknya mengapresiasi penghargaan yang telah diraih itu.
Hal ini menegaskan bahwa IAIN Kudus menjadi perguruan tinggi yang responsif terhadap isu gender. Serta ini meneguhkan komitmen kuat IAIN Kudus untuk semakin lebih baik lagi.
”Kami bertekad meraih prestasi sebanyak-banyaknya. Semoga yang telah diraih menjadi sesuatu yang berkah dan manfaat,” sebutnya.
Acara konferensi Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) digelar atas kolaborasi antara Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI. Pada kesempatan ini Universitas Islam Negeri Mataram menjadi tuan rumahnya.
Editor: Budi Santoso