Ia mengungkapkan, Desa Wisata Temulus sedianya masih berjalan, cuman sempat terkendala karena surutnya air akibat kemarau.
’’Andalan kita adalah Wisata Jratun Seluna (WJS) itu tadi jadi memanfaatkan Sungai Jeratun. Kendalanya kalau musim kemarau, sungainya surut tidak ada air. Jadi kalau dibuat wisata tidak bisa,’’ ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (7/11/2024).
Akan tetapi, saat Covid-19 melanda, pesona itu meredup. Wisata Sungai Jeratun sempat vakum gegara hal itu.
’’Sebelum ditetapkan sebagai Desa Wisata kami sudah membuat itu, dulu sungai penuh enceng gondok terus kami bersihkan dan dibuat wisata.
Namun, malah covid terus redup,’’ terangnya.
Selain kendala cuaca, banyak aspek yang membuat wisata itu seperti mati suri. Ia menilai hal itu disebabkan oleh bentuk wisatanya.
Murianews, Kudus – Desa Wisata Temulus Kabupaten Kudus sempat mandek. Kepala Desa Temulus, Suharto angkat bicara terkait hal itu.
Ia mengungkapkan, Desa Wisata Temulus sedianya masih berjalan, cuman sempat terkendala karena surutnya air akibat kemarau.
’’Andalan kita adalah Wisata Jratun Seluna (WJS) itu tadi jadi memanfaatkan Sungai Jeratun. Kendalanya kalau musim kemarau, sungainya surut tidak ada air. Jadi kalau dibuat wisata tidak bisa,’’ ungkapnya kepada Murianews.com, Kamis (7/11/2024).
Ia mengungkapkan, memang sedari sebelum ditetapkan desa wisata, Temulus sudah memanfaatkan Sungai Jeratun sebagai wisata. Ia mengaku, destinasi itu sempat ramai pengunjung.
Akan tetapi, saat Covid-19 melanda, pesona itu meredup. Wisata Sungai Jeratun sempat vakum gegara hal itu.
’’Sebelum ditetapkan sebagai Desa Wisata kami sudah membuat itu, dulu sungai penuh enceng gondok terus kami bersihkan dan dibuat wisata.
Namun, malah covid terus redup,’’ terangnya.
Selain kendala cuaca, banyak aspek yang membuat wisata itu seperti mati suri. Ia menilai hal itu disebabkan oleh bentuk wisatanya.
Cukup Berat
Ia mengaku, cukup berat untuk mengembangkan desa wisatanya. Sebab Desa Wisata Temulus merupakan wisata buatan bukan langsung dari alam.
’’Ini merupakan destinasi buatan bukan alami. Jadi membutuhkan alokasi yang besar untuk mengembangkannya,’’ ungkapnya.
Suharto mengatakan, potensi yang disuguhkan adalah naik perahu, spot foto, dan kulineran. Menurutnya banyak kuliner yang bisa dicoba jika berkunjung ke sana.
Ia beharap, masyarakat juga ikut serta dalam mengembangkan desa wisata itu. Sebab, dukungan dari berbagai pihak sudah diberikan tinggal masyarakat mau menggerakkan atau tidak.
’’Tinggal masyarakat mau menggerakkan apa tidak. Namun, dari pemdes akan segera melakukan pembaruan ulang pada destinasi wisata itu agar berjalan lagi,’’ pungkasnya.
Kini desa wisata di Kecamatan Mejobo itu baru mendapatkan Bankeu dari Pemprov Jateng sebesar Rp 100 juta. Bantuan itu guna membantu pengembangan desa wisata tersebut
Editor: Zulkifli Fahmi