Gara-garanya, para petani yang berasal dari Kecamatan Mejobo dan Jekulo, Kabupaten Kudus itu sudah mempersiapkan lahan dan benih padi.
Ketua Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Daerah Irigasi Logung, Suwandi mengatakan, banyak petani yang merugi atas kejadian ini. Para petani sudah mempersiapkan untuk tanam tapi tidak berjalan.
”Hari ini sudah mau pada tanam, kami kalau tanam itu kan menggunakan jasa orang dari luar daerah. Kami sudah membayar mereka untuk hari ini, tapi tadi pagi airnya tidak ada jadi gagal tanam padahal sudah dibayar,” terangnya kepada Murianews.com, Selasa (19/11/2024).
Selain itu, menurutnya banyak benih padi yang terancam mati karena kejadian ini. Ia menyatakan, hal ini dikarenakan tidak profesionalnya pengelola bendungan.
Menurutnya, pihak pengelola tidak memberikan informasi apa pun terkait pemberhentian rilis air. Padahal, seharusnya hal ini disampaikan kepada petani agar tidak terjadi kesalahpahaman.
”Kami menuntut agar selalu diajak koordinasi. Kami mengajukan permintaan air untuk tiga hari. Namun, hari ini tidak ada air dan tidak ada pemberitahuan,” terangnya.
Murianews, Kudus – Petani di daerah irigasi Bendungan Logung, Kudus, Jawa Tengah mengaku merugi Rp 50 juta atas tidak adanya air untuk proses tanam.
Gara-garanya, para petani yang berasal dari Kecamatan Mejobo dan Jekulo, Kabupaten Kudus itu sudah mempersiapkan lahan dan benih padi.
Ketua Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Daerah Irigasi Logung, Suwandi mengatakan, banyak petani yang merugi atas kejadian ini. Para petani sudah mempersiapkan untuk tanam tapi tidak berjalan.
”Hari ini sudah mau pada tanam, kami kalau tanam itu kan menggunakan jasa orang dari luar daerah. Kami sudah membayar mereka untuk hari ini, tapi tadi pagi airnya tidak ada jadi gagal tanam padahal sudah dibayar,” terangnya kepada Murianews.com, Selasa (19/11/2024).
Selain itu, menurutnya banyak benih padi yang terancam mati karena kejadian ini. Ia menyatakan, hal ini dikarenakan tidak profesionalnya pengelola bendungan.
Menurutnya, pihak pengelola tidak memberikan informasi apa pun terkait pemberhentian rilis air. Padahal, seharusnya hal ini disampaikan kepada petani agar tidak terjadi kesalahpahaman.
”Kami menuntut agar selalu diajak koordinasi. Kami mengajukan permintaan air untuk tiga hari. Namun, hari ini tidak ada air dan tidak ada pemberitahuan,” terangnya.
Suwandi menyatakan, pengelolaan air di bendungan harus terbuka kepada petani. Para petani sudah sepantasnya diberi tahu kondisi bendungan secara berkala.
Pada intinya petani meminta kejelasan mengapa air tidak dialirkan. Tujuannya agar petani bisa melakukan manajemen air guna pertaniannya.
”Kondisinya dikasih tahu, kurang atau lebih air di Logung. Dengan begitu kita tahu kapan harus tanam agar tidak seperti ini, kita sudah siap tanam tapi air tidak dialirkan. Petani yang rugi,” ungkapnya.
Ia berharap, pengelola Logung tidak bermain seenaknya sendiri. Sebab petani sangat berharap adanya air dari Logung untuk membantu proses penanaman di sawah.
Beberapa petani yang hadir turut menuntut agar pengelola Bendungan Logung saat ini diganti. Mereka sudah geram karena kelalaian dari pihak pengelola terjadi berulang kali.
Editor: Supriyadi