’’Sebagai pendidik harus menghargai, memandang anak didik dengan rasa hormat. Pendidik harus bisa mengembangkan anak secara holistik agar bisa tumbuh secara lahir dan batin,’’ ujarnya.
’’Tugas pendidik tidak hanya sekedar mengajari siswa bertukar kata atau menulis. Pembelajaran bahasa harus menekankan analisis makna,’’ ungkapnya.
Pembelajaran bahasa harus bisa menumbuhkan kompetensi siswa untuk memahami dinamika peradaban. Sehingga para anak didik bisa bertutur kata atau menulis dengan diksi yang positif.
Menurutnya, setiap rangkaian kata adalah transaksi dan interaksi yang berisi baik dan tidak baik, doa atau malapetaka. Oleh karena itu, perlu ada penguatan dalam pembelajaran bahasa yang lebih mendalam.
Murianews, Kudus – Universitas Muria Kudus atau UMK Kudus resmi mengukuhkan dua guru besarnya untuk pertama kali. Keduanya yakni Prof Sri Utaminingsih dan Prof Ahmad Hilal Madjdi.
Keduanya sama-sama berasal dari Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan (FKIP) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI).
Prosesi pengukuhan itu dilangsungkan, Senin (16/12/2024) di Auditorium UMK. Dalam pengukuhan itu, keduanya sama-sama menyampaikan orasinya masing-masing.
Saat dikukuhkan Prof Uut sapaan akrab Sri Utaminingsih menyampaikan orasi sebagaimana yang digagasnya dalam karya ilmiahnya. Ia membawa isu Model Kepemimpinan Pembelajaran Student-Oriented sebagai Pilar dalam Transformasi Pendidikan.
Dalam gagasannya, ia menyoroti minimnya orientasi pendidikan Indonesia terkait pengembangan individu. Selain itu, masih banyak keterbatasan metode dalam pembelajaran selama ini.
’’Beberapa persoalan mental, minim literasi, tata krama, dan pelayanan yang kurang humanis. Ini semua tidak lepas dari masalah kepemimpinan di dunia pendidikan,’’ ungkapnya saat orasi pengukuhan guru besar.
Selain itu, masih banyak lagi persoalan pendidikan yang terus membayangi. Oleh karena itu perlu adanya sebuah solusi untuk mengurai permasalahan demi permasalahan.
Perjuangan Ki Hajar Dewantara...
Prof Uut mengingatkan kembali semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang sebenarnya. Visi pendidikan yang berorientasi kepada murid (student-oriented).
’’Sebagai pendidik harus menghargai, memandang anak didik dengan rasa hormat. Pendidik harus bisa mengembangkan anak secara holistik agar bisa tumbuh secara lahir dan batin,’’ ujarnya.
Sementara itu, Prof Hilal yang mengusung pembelajaran bahasa menekankan komunikasi pembelajaran yang baik. Ia menuturkan, komunikasi tidak hanya sekedar merangkai kata-kata tapi ada makna di dalamnya.
’’Tugas pendidik tidak hanya sekedar mengajari siswa bertukar kata atau menulis. Pembelajaran bahasa harus menekankan analisis makna,’’ ungkapnya.
Pembelajaran bahasa harus bisa menumbuhkan kompetensi siswa untuk memahami dinamika peradaban. Sehingga para anak didik bisa bertutur kata atau menulis dengan diksi yang positif.
Menurutnya, setiap rangkaian kata adalah transaksi dan interaksi yang berisi baik dan tidak baik, doa atau malapetaka. Oleh karena itu, perlu ada penguatan dalam pembelajaran bahasa yang lebih mendalam.
Editor: Zulkifli Fahmi