Ketua Peka Muria, Teguh Tri Winarno mengatakan, pada tahun 2024 lalu pihaknya telah menanam 1.000 pohon di beberapa titik di Pegunungan Muria. Memasuki 2025 pihaknya akan kembali melakukan upaya yang sama di Pegununan Muria.
”Tahun ini akan kami lanjutkan lagi, targetnya 1.200 pohon terdiri dari 200 bambu petung dan 1.000 pohon ficus,” ungkapnya kepada Murianews.com, Selasa (4/2/2025).
Pada tahun 2025, Peka Muria rencananya akan menanam di tiga lokasi prioritas. Masing-masing adalah Puncak 29 (Puncak Songo Likur), Puncak Argo Piloso, dan Goa Jepang.
Ketiga lokasi itu dinilai merupakan lahan kritis yang harusnya dipulihkan kembali kondisinya. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan ekositem di kawasan tersebut.
”Bambu petung akan ditanam di sepanjang kedua sisi sungai untuk mencegah longsor sekaligus menjaga kualitas air di tanah,” sebutnya.
Teguh mengatakan, kegiatan konservasi ini akan dilakukan secara terus menerus setiap tahunnya. Ke depannya, pohon yang ditanam akan lebih banyak lagi.
Murianews, Kudus – Komunitas Pegiat Konservasi Muria (Komunitas Peka Muria) menilai penanaman pohon yang telah dilakukan mereka tahun 2024 cukup berhasil. Paling tidak, sekitar 50 persen bibit pohon yang ditanam kini tumbuh subur.
Ketua Peka Muria, Teguh Tri Winarno mengatakan, pada tahun 2024 lalu pihaknya telah menanam 1.000 pohon di beberapa titik di Pegunungan Muria. Memasuki 2025 pihaknya akan kembali melakukan upaya yang sama di Pegununan Muria.
”Tahun ini akan kami lanjutkan lagi, targetnya 1.200 pohon terdiri dari 200 bambu petung dan 1.000 pohon ficus,” ungkapnya kepada Murianews.com, Selasa (4/2/2025).
Pada tahun 2025, Peka Muria rencananya akan menanam di tiga lokasi prioritas. Masing-masing adalah Puncak 29 (Puncak Songo Likur), Puncak Argo Piloso, dan Goa Jepang.
Ketiga lokasi itu dinilai merupakan lahan kritis yang harusnya dipulihkan kembali kondisinya. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan ekositem di kawasan tersebut.
”Bambu petung akan ditanam di sepanjang kedua sisi sungai untuk mencegah longsor sekaligus menjaga kualitas air di tanah,” sebutnya.
Teguh mengatakan, kegiatan konservasi ini akan dilakukan secara terus menerus setiap tahunnya. Ke depannya, pohon yang ditanam akan lebih banyak lagi.
Puncak 29...
Pihaknya melakukan penanaman sesuai dengan kajian-kajian yang telah dilakukan. Lokasi Puncak 29 dulunya adalah area yang pernah mengalami longsor.
Lalu pada puncak Argo Piloso pernah terbakar hebat pada 2015 lali. Kini baru sekitar lima persen dari lahan yang terbakar sedang dalam proses pemulihan.
“Proses ini masih panjang, kami fokus pada tiga titik itu dulu sebelum menyasar ke area lain,” terangnya.
Ia berharap, kegiatan ini dapat mengembalikan kelestarian ekosistem di Pegunungan Muria. Sehingga dapat mengurangi masalah ekosistem yang dapat menyebabkan bencana.
”Kami ingin menjaga sumber mata air, serta mengurangi risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor dengan menambah luasan lahan pengikat air," tegasnya.
Editor: Budi Santoso