Muhammad Nur menambahkan, masyarakat sangat antusias mengikuti rangkaian acara. Mereka berebut gunungan hasil bumi sebagai simbol berkah dan harapan akan kemakmuran.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut mendukung acara, termasuk PO Haryanto yang membantu kelancaran kirab budaya.
”Ini bukan sekadar acara tahunan, tapi bentuk penghormatan pada leluhur dan pelestarian nilai-nilai budaya dan spiritual yang diwariskan secara turun temurun,” tandasnya.
Murianews, Kudus — Tradisi Sedekah Bumi kembali digelar di Dusun Honggowangsan, Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Minggu (11/5/2025). Acara yang digelar setiap 13 bulan Apit (Zulkaidah) ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya.
Tahun ini, kegiatan dilaksanakan lebih semarak dengan kirab budaya yang melibatkan 10 RT, menampilkan hasil bumi, anak-anak SD, potensi budaya lokal, hingga parade Jeep wisata.
Kirab budaya mengarak air dari tiga sumber mata air atau belik yang dipercaya sakral, yakni Belik Bandung, Belik Dandang, dan Belik Mbah Jogo.
Air dari ketiga sumur tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat karena diyakini memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
Menurut sejarah, Sumur Bandung merupakan peninggalan Mbah Honggowongso, seorang santri Sunan Muria yang ditugaskan menyebarkan ajaran Islam di wilayah ini. Ia dikenal berjasa dalam menyatukan masyarakat melalui pendekatan budaya dan spiritual.
Ketua Perhimpunan Pemangku Punden dan Belik (P3B) Mbah Honggowongso, Muhammad Nur mengatakan, acara Sedekah Bumi ini merupakan kirab kedua yang melibatkan masyarakat secara masif.
”Tahun-tahun sebelumnya hanya wayangan dan kenduren massal. Kini kami tambahkan kirab budaya untuk meningkatkan partisipasi warga dan menggairahkan kembali semangat gotong royong,” ujarnya.
Puncak acara digelar malam hari dengan pagelaran wayang kulit berjudul Semar Mbangun Deso, menggambarkan sosok Semar yang membangun desa lewat kearifan lokal dan spiritualitas.
Kenduren massal...
Selain itu, warga juga mengadakan kenduren massal sebagai wujud syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Muhammad Nur menambahkan, masyarakat sangat antusias mengikuti rangkaian acara. Mereka berebut gunungan hasil bumi sebagai simbol berkah dan harapan akan kemakmuran.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut mendukung acara, termasuk PO Haryanto yang membantu kelancaran kirab budaya.
”Ini bukan sekadar acara tahunan, tapi bentuk penghormatan pada leluhur dan pelestarian nilai-nilai budaya dan spiritual yang diwariskan secara turun temurun,” tandasnya.
Editor: Cholis Anwar