Syafrina menambahkan tema kerajaan dipilih karena selama ini GKS lebih banyak mengangkat tema dolanan tradisional dan legenda rakyat.
”Kami ingin memberi nuansa berbeda dan memperkaya wawasan sejarah mahasiswa. Tema kerajaan juga memiliki nilai edukatif yang kuat,” ujarnya.
GKS X terbuka untuk umum, dan diharapkan menjadi ajang apresiasi karya mahasiswa serta memperkuat sinergi antara dunia akademik dan seni budaya.
”Melalui GKS, kami ingin menunjukkan bahwa menjadi guru bukan hanya profesi dan identik dengan mengajar, tapi juga menguatkan softskill,” pungkasnya.
Murianews, Kudus – Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sunan Kudus kembali menggelar Gebyar Kreativitas Seni (GKS) ke-X, yang akan berlangsung, Kamis (12/6/2025) di GOR UIN Sunan Kudus.
GKS tahun ini mengusung tema kerajaan, sebagai bentuk eksplorasi sejarah dan budaya yang belum pernah diangkat pada gelaran sebelumnya.
Sebanyak 98 mahasiswa semester enam akan menampilkan pertunjukan seni drama, tari, dan musik (sendratasik), yang meliputi kisah Samudera Pasai, Sumpah Palapa, dan Ratu Shima.
Mereka adalah representasi kerajaan-kerajaan besar di nusantara yang memberikan kontribusi penting dalam sejarah bangsa.
Ketua HMPS PGMI UIN Sunan Kudus Syafrina Rahma Salsabiila, menyampaikan bahwa GKS menjadi agenda rutin tahunan yang bukan sekadar kegiatan hiburan, tetapi bagian dari pembentukan softskill mahasiswa.
”Sebagai calon guru, mahasiswa PGMI tidak hanya dituntut mampu mengajar, tetapi juga memiliki kreativitas, wawasan budaya, keterampilan komunikasi, dan kemampuan kerja sama tim. Semua itu bisa dilatih melalui event seperti GKS ini,” jelasnya, Rabu (11/6/2025).
Selain pertunjukan sendratasik, GKS X juga akan dimeriahkan oleh sejumlah penampilan seni, di antaranya Sekar Laras Swara, Tari Elok Sentana UIN Sunan Kudus, Gema Nusantara (angklung dan kolintang), Baswara Choir (paduan suara), serta penampilan spesial dari Band IKA PGMI.
Tema Kerajaan...
Syafrina menambahkan tema kerajaan dipilih karena selama ini GKS lebih banyak mengangkat tema dolanan tradisional dan legenda rakyat.
”Kami ingin memberi nuansa berbeda dan memperkaya wawasan sejarah mahasiswa. Tema kerajaan juga memiliki nilai edukatif yang kuat,” ujarnya.
GKS X terbuka untuk umum, dan diharapkan menjadi ajang apresiasi karya mahasiswa serta memperkuat sinergi antara dunia akademik dan seni budaya.
”Melalui GKS, kami ingin menunjukkan bahwa menjadi guru bukan hanya profesi dan identik dengan mengajar, tapi juga menguatkan softskill,” pungkasnya.
Editor: Supriyadi
