Pelatihan ini digelar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus (PBI-FKIP UMK Kudus) dengan Dinas Pendidikan Kudus, Minggu (9/11/2025).
Dosen PBI-FKIP UMK Kudus, Muhammad Syafei yang menjadi narasumber mengatakan, pelatihan difokuskan pada dua pendekatan utama, yakni modelling dan drilling.
Syafei menjelaskan, penguasaan pelafalan yang benar menjadi dasar penting bagi guru, mengingat mereka merupakan model utama bagi siswa.
”Guru harus memahami aspek-aspek fonetis seperti posisi dan cara kerja alat ucap, serta perbedaan bunyi yang mirip. Dengan latihan modelling dan drilling yang konsisten, guru dapat memperbaiki kesalahan pengucapan dan menjadi lebih percaya diri,” ungkapnya.
Menurutnya, kemampuan mengenali perbedaan bunyi seperti p dan b atau bunyi aspiratif seperti ph pada kata pen dapat membantu guru mengajarkan pengucapan yang lebih natural kepada siswa sejak dini.
Murianews, Kudus – Sebanyak 44 guru Bahasa Inggris SD di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mendapatkan pelatihan modelling dan drilling.
Pelatihan ini digelar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus (PBI-FKIP UMK Kudus) dengan Dinas Pendidikan Kudus, Minggu (9/11/2025).
Agenda ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fonetis atau phonetic awareness dan kepercayaan diri guru dalam pengajaran Bahasa Inggris di kelas.
Dosen PBI-FKIP UMK Kudus, Muhammad Syafei yang menjadi narasumber mengatakan, pelatihan difokuskan pada dua pendekatan utama, yakni modelling dan drilling.
Kedua pendekatan itu dinilai terbukti efektif untuk membentuk kepekaan phonetic awareness sekaligus memperbaiki ketepatan dan kelancaran pengucapan atau accuracy and fluency.
Syafei menjelaskan, penguasaan pelafalan yang benar menjadi dasar penting bagi guru, mengingat mereka merupakan model utama bagi siswa.
”Guru harus memahami aspek-aspek fonetis seperti posisi dan cara kerja alat ucap, serta perbedaan bunyi yang mirip. Dengan latihan modelling dan drilling yang konsisten, guru dapat memperbaiki kesalahan pengucapan dan menjadi lebih percaya diri,” ungkapnya.
Menurutnya, kemampuan mengenali perbedaan bunyi seperti p dan b atau bunyi aspiratif seperti ph pada kata pen dapat membantu guru mengajarkan pengucapan yang lebih natural kepada siswa sejak dini.
Praktis dan Aplikatif...
Sementara itu, Nuraeningsih menambahkan, metode yang digunakan bersifat praktis dan aplikatif. Melalui modelling, guru belajar meniru pengucapan yang benar dari penutur atau sumber audio.
Sedangkan drilling memberikan ruang latihan berulang untuk membentuk kebiasaan artikulasi yang tepat.
”Dengan cara ini, guru lebih siap dan percaya diri ketika berbicara Bahasa Inggris di kelas,” tutur dosen PBI-FKIP UMK itu.
Selain melatih pengucapan bunyi-bunyi sulit seperti pada kata think dan this, peserta juga diperkenalkan pada pola tekanan kata atau word stress) dan intonasi kalimat atau sentence intonation agar komunikasi terdengar lebih alami.
Melalui kegiatan ini, PBI UMK berupaya meningkatkan kompetensi fonologis, pedagogis, dan psikologis para guru Bahasa Inggris SD.
Diharapkan, pelatihan ini tidak hanya memperbaiki kemampuan teknis pengucapan, tetapi juga mendorong guru menumbuhkan rasa percaya diri berbahasa Inggris di lingkungan sekolah.
Editor: Zulkifli Fahmi