Selain itu, asupan gizi bagi ibu hamil menjadi perhatian utama. DKK Kudus menyediakan makanan tambahan bergizi seperti susu, protein, dan karbohidrat, terutama bagi ibu hamil yang mengalami anemia, berat badan kurang, atau lingkar lengan kecil.
”Puskesmas tersedia program terapi dan susu untuk ibu hamil. Pemeriksaan dan solusinya bisa langsung didapat di sana,” tambahnya.
Kasus itu disebabkan beberapa faktor, seperti ibu yang bekerja terlalu berat saat hamil, usia kehamilan yang belum cukup bulan, serta berat lahir rendah di bawah 2,5 kg, dengan rata-rata hanya 1,5 kg.
Kebanyakan merupakan kehamilan pertama atau kedua, yang belum sepenuhnya dipantau secara rutin.
”Penting juga untuk membudayakan kesadaran masyarakat. Peran suami sangat penting dalam mendampingi ibu hamil memeriksakan diri secara rutin ke posyandu. Minimal usia ibu hamil juga diupayakan di atas 20 tahun,” ujarnya.
Murianews, Kudus – Dinas Kesehatan (DKK) Kabupaten Kudus terus memperkuat upaya deteksi dini untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Sekretaris DKK Kudus, Nuryanto, menyampaikan November hingga Desember 2024 tercatat 6 kasus kematian ibu dua kasus terjadi November, dan empat kasus lainnya Desember, tersebar di wilayah Gribig, Dawe, dan Rendeng.
Kini, ibu hamil diwajibkan melakukan pemeriksaan minimal enam kali selama masa kehamilan, termasuk dua kali pemeriksaan ke dokter kandungan disertai dengan pemeriksaan USG.
Pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan mencakup laboratorium, status gizi, gula darah, riwayat penyakit, dan riwayat kehamilan sebelumnya.
Edukasi kepada masyarakat dilakukan secara aktif melalui media sosial, posyandu, serta kerja sama dengan rumah sakit, khususnya dalam menganalisis dan mencegah setiap kasus kematian.
Selain itu, DKK Kudus juga telah menjalin koordinasi dengan tim ahli Audit Maternal Perinatal Surveilans Respon (AMP SR) dari RSUP Dr. Kariadi Semarang, di mana setiap kasus kematian ibu dibahas dalam forum khusus untuk mengetahui akar masalah sejak awal kehamilan.
”Tujuannya agar kasus serupa bisa dicegah, dan kami optimalkan peran puskesmas, kader desa, dan nakes di lapangan,” jelasnya.
Asupan Gizi
Selain itu, asupan gizi bagi ibu hamil menjadi perhatian utama. DKK Kudus menyediakan makanan tambahan bergizi seperti susu, protein, dan karbohidrat, terutama bagi ibu hamil yang mengalami anemia, berat badan kurang, atau lingkar lengan kecil.
”Puskesmas tersedia program terapi dan susu untuk ibu hamil. Pemeriksaan dan solusinya bisa langsung didapat di sana,” tambahnya.
Angka Kematian Bayi (AKB) juga menjadi sorotan. Dari Januari hingga Juli 2025 tercatat ada 47 kasus kematian bayi.
Kasus itu disebabkan beberapa faktor, seperti ibu yang bekerja terlalu berat saat hamil, usia kehamilan yang belum cukup bulan, serta berat lahir rendah di bawah 2,5 kg, dengan rata-rata hanya 1,5 kg.
Kebanyakan merupakan kehamilan pertama atau kedua, yang belum sepenuhnya dipantau secara rutin.
”Penting juga untuk membudayakan kesadaran masyarakat. Peran suami sangat penting dalam mendampingi ibu hamil memeriksakan diri secara rutin ke posyandu. Minimal usia ibu hamil juga diupayakan di atas 20 tahun,” ujarnya.
Dokter Spesialis...
DKK Kudus juga mendatangkan dokter spesialis kandungan ke puskesmas dan mengadakan sosialisasi kepada tenaga kesehatan.
Kendala sumber daya manusia di puskesmas juga menjadi tantangan tersendiri. Namun, DKK Kudus berkomitmen menguatkan kapasitas layanan agar tidak terjadi peningkatan angka kematian ibu dan bayi.
”Kami berharap ke depan angka AKI dan AKB bisa terus ditekan. Semua elemen, dari keluarga hingga petugas kesehatan, harus bersatu demi menyelamatkan generasi masa depan,” pungkas Nuryanto.
Penulis: M Helmi Aufa (Mahasiswa PPL UIN Sunan Kudus)
Editor: Zulkifli Fahmi